Tahun 1999 akhir kami pulang dari pengungsian, sama-sama. Tahun 2001 kami juga mengungsi sama-sama ke hutan, iya..kami satu kampung di hutan sama-sama, muslim dengan kristen. Kami masak sama-sama. Yang perempuan jaga anak-anak dan yang laki-laki sama-sama turun ke kampung biasanya untuk ambil bahan makanan, atau cek keadaan terakhir. Yang turun kampung tergantung kondisi. Kalau informasinya lebih aman yang Kristen yang turun, jadi laki-laki atau perempuan Kristen yang turun. Kalau yang lebih aman diperkirakan Islam, maka yang Islam yang turun. Kami saling kase informasi karena pikirnya waktu itu akan secepatnya pulang kampung lagi, sama-sama lagi. Kami tidak tahu waktu itu akan lama sekali.
Kami dengar-dengar juga itu kalau yang bakalae (berkelahi) katanya yang muslim dan kristen. Bagaimana bisa begitu? Kami tertawakan yang bilang begitu. Bagaimana bilang yang perang muslim kristen sementara kami yang mengungsi di hutan juga muslim kristen? Yang sembunyi di hutan juga kami yang muslim kristen. Jadi siapa yang bakalae (berkelahi) sebenarnya di kampung sampai bakar-bakar?…
Memang anehnya juga itu, sekitar berapa minggu kami di hutan sama-sama, ada Brimob masuk dalam hutan pake toa (mikropon) dan komando kami untuk pisah. Yang keluarga Kristen dikase pisah dengan keluarga Muslim. Lalu, yang keluarga Kristen disuruh berjalan mengarah ke daerah Tentena dan yang keluarga Muslim disuruh berjalan mengarah ke daerah Palu…
Jadi, saya bilang, kami ini dikase bakalae baru dikase pisah...baru dibilang kami yang saling bakalae (disuruh berkelahi lalu dipisahkan satu sama lain, lalu dikatakan kami yang saling berkelahi)….
Berdasarkan pembicaraan Perempuan Poso dengan dua orang ibu di Poso Pesisir.