Kalau yang Serang Atas Nama Muslim, Seluruh Orang Islam Maju di depan Menghadang, Begitu juga Sebaliknya

0
1414

“Kami tahu di wilayah lain konflik sudah meluas, dan pasti akan sampai juga ke desa kami. Maka kami kumpul bersama, semuanya, yang kristen, muslim terutama para tua-tua, perempuan dan laki-laki. Kami buat perjanjian yang kami tandatangani. Dan kami semua menjalankan perjanjian itu. Karena kami tahu, kami ini saudara, saling menghidupi, tidak akan berperang satu sama lain. Sehingga ketika ada kelompok yang menyerang pakai nama agama Kristen, maka semua penduduk Kristen yang maju di depan, menghadang dan melindungi desa. Ketika ada kelompok yang menyerang pakai nama agama Islam, maka semua penduduk Muslim yang maju di depan, menghadang dan melindungi desa. Sepanjang tahun 2001, saat konflik meluas desa kami terjaga, kami saling melindungi. itu terus bertahan
Tapi kekuatan jahat memang luar biasa. Kami terpaksa mengungsi bersama-sama ketika tengah malam, desa kami diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal, langsung membakar rumah, menjarah, baik rumah kristen, muslim. Kami mengungsi bersama-sama di hutan. Jadi, tentu yang konflik itu bukan muslim dengan kristen, tapi orang luar yang mengatasnamakan agama yang kami sama-sama jaga”

Baca Juga :  Mengagendakan Kegelisahan di Peretas Berkumpul


(Dikisahkan salah seorang pelaku perjanjian perdamaian dalam sebuah pertemuan dengan Perempuan Poso. Dokumen perjanjian antar komunitas hingga sekarang tetap dijaga oleh masyarakat untuk membuktikan mereka, semuanya, korban dan bahwa pelaku konflik kekerasan tidak dapat diidentifikasikan sebagai orang muslim atau kristen, tapi orang tidak dikenal dan berasal dari luar)

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda