Kitorang (kami) sama-sama punya kisah indah kalau Ramadhan datang. Jam 5 lebih, sekitar setengah 6 setelah sahur dan dengar ceramah di mesjid, anak-anak muda keluar masih lengkap dengan sarung-sarung dan kopiah kumpul, jalan-jalan atau cuma duduk-duduk cerita. Paling banyak di jam kota, itu biasanya jadi pusat. Anak-anak muda yang agama lain terutama kristen juga sama-sama ikut, biasanya mereka lari pagi dulu baru gabung dengan kami. Temanku namanya Nova pernah bilang “coba kalau Ramadhan terus, tiap pagi pasti cepat bangun, lari pagi, jadi sehat dan santai, kumpul-kumpul jadi akrab”. Waktu itu saya sambung “dan dapat teman baru..”Jam tujuh pagi baru mulai bubar. Senang sekali dulu kalau sudah Ramadhan karena suasananya lain. Dan, tidak seru kalau tidak ada teman-teman Kristen. Mereka yang semangat. Kalau buka puasa, yang sibuk jadwalkan buka puasa dimana justru teman-teman yang Kristen, mereka jadi ikutan puasa biarpun beberapa jam saja. Dorang (mereka) juga bisa tanya-tanya tentang Islam itu seperti apa. Di sekolah mereka tahu diri juga tidak makan di depan kami, biarpun tidak diminta. Malah teman-teman Kristen yang biasa ingatkan untuk puasa. indahnya Ramadhan bersama-sama.
Nah, kalau takbiran, pasti lebih ramai. Saya kan gabung dengan sanggar seni yang mayoritas anggotanya Kristen. Kalau persiapan takbiran, mereka yang lebih ramai bikin kreasinya. Ribut usul bikin ini, bikin itu. Tidak perlu minta ijin sama imam, soalnya imamnya sudah tahu, malah senang karena ada yang bantu hias kendaraan untuk pawai. Pernah ada yang laki-laki, namanya Stefan,dia minta supaya dia coba untuk menyuarakan takbiran “Allahu Akbar” di kendaraan yang kami hias pakai gaya Muslim. Kan semua tahu kalau itu artinya Allah Maha Besar, jadi sama sekali tidak masalah.
Jangan tanya saat Idulfitri. Wah, ramai sekali. Sudah dari jauh hari janjian dan dijadwal hari ini berkunjung kemana, lalu kemana. Bukan cuma muslim, tapi juga Kristen. Tidak ramai kalau tidak ada mereka. Kalau anak-anak kecil, pasti bawa plastik kecil di kantong dan kumpul kue-kue atau permen dari rumah yang dikunjungi, bukan uang. Itu rombongan-rombongan kecil.Keluargaku wajib itu mengunjungi yang Kristen, atau dikunjungi. Kekeluargaannya sangat terasa justru kalau Ramadhan atau Natal. Beda itu rasanya dengan hari-hari lain. Malah, menurutku Ramadhan dan Idulfitri itu bukan hanya untuk Muslim tapi juga untuk Kristen. kita sama-sama diberkahi Allah SWT. Disini saya percaya agama itu untuk manusia.
Saya selalu teringat kenangan itu sampai sekarang. Terharu dan merindukannya bersama teman-teman lain. Biarpun terpisah, kami saling mengingatkan, supaya tidak lupa bahwa kami bersaudara, tidak peduli apapun agamanya. Sampai sekarang.
(diceritakan oleh H – sekarang 35 tahun, tinggal di Poso) kepada Perempuan Poso).