Tanah Yang Lelah

0
1653

Pori-pori kami dipaksa mampu menyerap udara lembab di tempat hujan tak pernah singgah lagi
Itu sebabnya keringat bercucuran seperti linangan air mata para ibu yang air susunya kering
Maka kulit kami menjadi basah dan kesah berlimpah mendaur ulang hidup bertahun kemarin
Lalu menguap lagi karena cahaya matahari lebih lama berdiam di atas tubuh yang semakin gelap
Sementara beribu kuman telah datang dan pergi, hidup dan mati atau berdiam sepanjang umur

Dan setiap nyanyi pagi terdengar bagai cericit burung yang kerongkongannya
luka berdarah mengiringi langkah jemari yang semakin cepat dapat menyentuh ujung helai rambut
Menyeret setiap langkah kaki yang semakin lambat mencapai perigi yang berair tanpa henti
Di tengah bumi berhamburan sayap angin mati, lalu berguguran satu demi satu
Membuat kami berhenti melihat hamparan tanah kering lelah yang terbelah-belah

Baca Juga :  Mendengar Anak, Mengimajinasikan Masa DepanListening Children, Imagining the Future

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda