Bersahabat dengan SampahFriends with Garbage

0
1732

Setiap hari, satu orang dewasa mengkonsumsi 5 – 7 material plastik. Setiap 1 orang di Indonesia, setiap tahunnya bisa mengkonsumsi 17.000 ton sampah plastik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Greeneration, sebuah komunitas peduli lingkungan di Jakarta ini sangat mengagetkan. Jika jumlah penduduk di Indonesia 220 juta orang mengkonsumsi 17.000 ton sampah plastik setiap tahunnya, tidak terbayangkan beban yang harus ditanggung oleh bumi. Sampah plastik diketahui bukan sampah yang bisa diurai, karena itu dipastikan akan merusak bumi

Angka yang mengintimidasi masa depan kehidupan bumi ini tidak bisa hanya ditanggapi oleh sebuah keprihatinan. Bahu membahu semua orang penting untuk sadar dan berbuat. Bukan hanya mencegah penggunaan, tetapi juga menggunakan yang sudah ada untuk sesuatu yang bermanfaat. Inisiatif ini dimulai oleh anggota sekolah perempuan dengan membentuk kelompo

Mimpi besar dilakukan dengan langkah kecil. Seperti hari itu tanggal 28 – 29 April di Dodoha Mosintuwu. 20 ibu-ibu anggota sekolah perempuan dari Desa Peura dan Desa Dulumai berkumpul bersama mengikuti training manajemen keuangan. Training yang dibawakan oleh Bapak Dodi Radityo, seorang ekonom dari Poso ini disampaikan dalam rangka mempersiapkan kelompok perempuan untuk mengelola ekonomi solidaritas. Pengelolaan ekonomi tersebut adalah bank alternatif dalam bentuk bank sampah. Cara menghitung modal dan asset menjadi sebuah pengetahuan baru bagi ibu-ibu rumah tangga ini.

Memantapkan langkah, para ibu ini kembali berkumpul tanggal 11 – 15 Mei 2015 di Dodoha Mosintuwu mengikuti training ketrampilan membuat kreasi seni dari sampah. Ibu Sunarni, pengrajin dan pengelola Rumah Sampah dari Jakarta menjadi teman belajar para ibu-ibu. Training dimulai dengan perkenalan yang hangat antara kelompok sekolah perempuan dengan ibu Sunarni. Ibu Sunarni menceritakan pengalaman suka duka menjadi pemulung sampah yang mengubahnya jadi karya seni, hingga para ibu untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan dan masyarakat ditambah ketrampilan dasar untuk menjahit menjadi modal yang sangat kuat.

Baca Juga :  Jelajah Waktu : Poso Dulu dan Kini

Sampah kertas koran dan majalah disulap menjadi piring dan mangkok yang cantik . Botol dan gelas plastik bekas menjadi tempat lampu dan tempat alat tulis. Tas plastik atau kresek menjadi boneka yang sangat cantik. Kain perca yang sangat sering terbuang percuma menjadi pita yang cantik. Bahkan bekas guntingan kertas dan kain serta plastik lainnya menjadi tempat duduk yang sangat cantik.

Selama 4 hari, pagi hingga malam hari tidak lelah dan bahkan dengan penuh rasa penasaran bekerja membentuk pola, menjahit, menggunting, lem, merapikan dan sebagainya. Dua orang mewakili masing-masing desa belajar menjahit kerumitan sampah-sampah bekas tersebut hingga berbentuk. Perlahan tapi meyakinkan membentuk ulang bahan-bahan yang masih kusut atau kurang rapi.

Langkah-langkah ini sebuah awal untuk bersahabat dengan sampah. Menyadari bahwa sampah tidak bisa dihindari tidak akan menghentikannya dengan mengeluh. Menyelamatkan satu kilo sampah setiap hari, sedikit namun memperlambat beban bumi yang semakin tua bukan hanya karena usianya tetapi juga karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Karena itu, hari terakhir training diikuti dengan pemberian modal awal kepada kelompok untuk memulai usaha ekonomi kreasi sampah di dua desa, Desa Dulumai dan Desa Peura. Langkah ini akan diikuti dengan rencana membangun rumah bank dengan konsep yang menarik. Mari mulai bersahabat dengan sampah, demi bumi yang terjaga. Dimulai dari tidak membuang sampah sembarangan, sebaliknya mengumpulkan secara terpisah dan membawanya kepada ibu-ibu di sekolah perempuan. Mungkin saja suatu saat sampah plastik di rumah anda bisa menjadi produk yang berguna.

Baca Juga :  Festival Sekolah Perempuan : Pameran Kekuatan Desa dan Karya Perempuan

 Setiap hari, satu orang dewasa mengkonsumsi 5 – 7 material plastik. Setiap 1 orang di Indonesia, setiap tahunnya bisa mengkonsumsi 17.000 ton sampah plastik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Greeneration, sebuah komunitas peduli lingkungan di Jakarta ini sangat mengagetkan. Jika jumlah penduduk di Indonesia 220 juta orang mengkonsumsi 17.000 ton sampah plastik setiap tahunnya, tidak terbayangkan beban yang harus ditanggung oleh bumi. Sampah plastik diketahui bukan sampah yang bisa diurai, karena itu dipastikan akan merusak bumi

Angka yang mengintimidasi masa depan kehidupan bumi ini tidak bisa hanya ditanggapi oleh sebuah keprihatinan. Bahu membahu semua orang penting untuk sadar dan berbuat. Bukan hanya mencegah penggunaan, tetapi juga menggunakan yang sudah ada untuk sesuatu yang bermanfaat. Inisiatif ini dimulai oleh anggota sekolah perempuan dengan membentuk kelompo

Mimpi besar dilakukan dengan langkah kecil. Seperti hari itu tanggal 28 – 29 April di Dodoha Mosintuwu. 20 ibu-ibu anggota sekolah perempuan dari Desa Peura dan Desa Dulumai berkumpul bersama mengikuti training manajemen keuangan. Training yang dibawakan oleh Bapak Dodi Radityo, seorang ekonom dari Poso ini disampaikan dalam rangka mempersiapkan kelompok perempuan untuk mengelola ekonomi solidaritas. Pengelolaan ekonomi tersebut adalah bank alternatif dalam bentuk bank sampah. Cara menghitung modal dan asset menjadi sebuah pengetahuan baru bagi ibu-ibu rumah tangga ini.

Memantapkan langkah, para ibu ini kembali berkumpul tanggal 11 – 15 Mei 2015 di Dodoha Mosintuwu mengikuti training ketrampilan membuat kreasi seni dari sampah. Ibu Sunarni, pengrajin dan pengelola Rumah Sampah dari Jakarta menjadi teman belajar para ibu-ibu. Training dimulai dengan perkenalan yang hangat antara kelompok sekolah perempuan dengan ibu Sunarni. Ibu Sunarni menceritakan pengalaman suka duka menjadi pemulung sampah yang mengubahnya jadi karya seni, hingga para ibu untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan dan masyarakat ditambah ketrampilan dasar untuk menjahit menjadi modal yang sangat kuat.

Baca Juga :  Transformasi Gerakan Perempuan Poso untuk Keadilan

Sampah kertas koran dan majalah disulap menjadi piring dan mangkok yang cantik . Botol dan gelas plastik bekas menjadi tempat lampu dan tempat alat tulis. Tas plastik atau kresek menjadi boneka yang sangat cantik. Kain perca yang sangat sering terbuang percuma menjadi pita yang cantik. Bahkan bekas guntingan kertas dan kain serta plastik lainnya menjadi tempat duduk yang sangat cantik.

Selama 4 hari, pagi hingga malam hari tidak lelah dan bahkan dengan penuh rasa penasaran bekerja membentuk pola, menjahit, menggunting, lem, merapikan dan sebagainya. Dua orang mewakili masing-masing desa belajar menjahit kerumitan sampah-sampah bekas tersebut hingga berbentuk. Perlahan tapi meyakinkan membentuk ulang bahan-bahan yang masih kusut atau kurang rapi.

Langkah-langkah ini sebuah awal untuk bersahabat dengan sampah. Menyadari bahwa sampah tidak bisa dihindari tidak akan menghentikannya dengan mengeluh. Menyelamatkan satu kilo sampah setiap hari, sedikit namun memperlambat beban bumi yang semakin tua bukan hanya karena usianya tetapi juga karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Karena itu, hari terakhir training diikuti dengan pemberian modal awal kepada kelompok untuk memulai usaha ekonomi kreasi sampah di dua desa, Desa Dulumai dan Desa Peura. Langkah ini akan diikuti dengan rencana membangun rumah bank dengan konsep yang menarik. Mari mulai bersahabat dengan sampah, demi bumi yang terjaga. Dimulai dari tidak membuang sampah sembarangan, sebaliknya mengumpulkan secara terpisah dan membawanya kepada ibu-ibu di sekolah perempuan. Mungkin saja suatu saat sampah plastik di rumah anda bisa menjadi produk yang berguna.

 

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda