Kerincing Damai Anak Poso

0
2166


“Anak Poso, anak perdamaian! Tidak takut melawan kejahatan” sorak-sorai riuh rendah anak-anak terdengar di sepanjang jalan utama kota Tentena. 300 lebih anak-anak dari 21 desa di Kabupaten Poso dan sebagian dari Kabupaten Morowali ikut serta dalam kampanye perdamaian melalui karnaval. Menggunakan pakaian adat dan pakaian unik lainnya, anak-anak berjalan kaki sejauh 700 meter sambil menyanyikan yel-yel perdamaian. Simbol-simbol keberagaman agama dan suku hadir dalam beberapa model pakaian yang digunakan. Yel-yel yang dinyanyikan secara bersambung desa-desa diikuti dengan pernyataan sikap dari anak-anak. Sinta, perwakilan anak-anak dari Desa Trimulya menyampaikan kerinduannya agar anak-anak bebas dari kekerasan di rumah, di sekolah dan di lingkungan masyarakat. Bondan, dari Desa Leboni mengatakan “ kami berharap semua anak mendapatkan akses pendidikan”

Karnaval adalah salah satu kegiatan di Festival Anak Perdamaian. “Karnaval ini dilakukan supaya anak-anak bisa mengekspresikan diri, terutama dapat terlibat langsung menyuarakan perdamaian dari perspektif anak-anak” jelas Cici, koordinator kegiatan. Di sepanjang jalan, masyarakat menyambut ekspresi anak ini dengan bertepuk tangan dan memberikan dukungan.  Citra, salah seorang masyarakat yang menyaksikan karnaval mengaku sangat senang menunggu iring-iringan karnaval sepanjang 200 meter selesai. “Saya merasa kita bisa punya generasi yang cinta damai di Poso” ujarnya. Puncak ekspresi perdamaian dalam karnaval dilakukan bersama di lingkaran tugu Tentena. Berdiri melingkar, anak-anak melakukan tarian bersama sambil mengajak masyarakat di sekitar ikut bersama dalam kampanye perdamaian.

Bagi beberapa anak khususnya yang berasal dari Poso Pesisir, sangat senang mampu tampil bersama-sama dengan anak-anak dari kota Tentena dan sekitarnya. “ ini pertama kali datang di Tentena dan menari bersama disini, saya senang sekali” ujar Dina dari Desa Kilo. Sementara Dewi dari Desa Toinasa berseru senang “saya mau kemari lagi nantinya bertemu dengan teman-teman” Tidak heran, ini pertama kalinya mereka bertemu dengan yang berbeda agama dan suku dari berbagai desa.

Baca Juga :  Menyusuri Biota Endemik Danau Poso Bersama Anak-Anak Desa Dulumai

Ekspresi perdamaian dalam keberagaman terus berlanjut dalam tampilan kreasi seni dan budaya pada malam harinya. Bunyi gendang bertalu indah mengiringi langkah-langkah kaki kecil di pangung. Serombongan anak berpakaian adat Lore Selatan membuat lingkaran diiringi lagu. Tepuk sorai penonton berulangkali terdengar ketika nyanyian mereka melengking tinggi dengan merdu. Malam itu, suasana panggung Festival Anak Perdamaian meriah dengan keceriaan anak-anak yang menampilkan beragam seni tari dan puisi . Tarian moende, sebuah tarian tradisional asal Pamona mendominasi panggung. Anak-anak menari gemulai mengikuti alunan gendang dan gong.  Tidak ketinggalan vokal grup anak-anak yang bernyanyi tentang indahnya hidup rukun dan damai. Rangkaian seni yang ditampilkan memberi pesan indahnya keberagaman, dan bahwa anak-anak dapat menjadi generasi damai itu.

Api unggun mengakhiri rangkaian festival anak perdamaian. Puisi tentang perdamaian dibawakan oleh Dina dari Desa Dulumai, yang diikuti oleh  tarian modero bersama. Tidak ada lagi keraguan untuk saling bergandengan tangan dan  menari bersama dalam lingkaran. Gendang bertalu mengiringi nyanyian persahabatan anak, sampaikan pesan damai , harapan di tanah Poso.

Baca Juga :  Sound Keliling Desa, Mengubah Wajah Lemusa


“Anak Poso, anak perdamaian! Tidak takut melawan kejahatan” sorak-sorai riuh rendah anak-anak terdengar di sepanjang jalan utama kota Tentena. 300 lebih anak-anak dari 21 desa di Kabupaten Poso dan sebagian dari Kabupaten Morowali ikut serta dalam kampanye perdamaian melalui karnaval. Menggunakan pakaian adat dan pakaian unik lainnya, anak-anak berjalan kaki sejauh 700 meter sambil menyanyikan yel-yel perdamaian. Simbol-simbol keberagaman agama dan suku hadir dalam beberapa model pakaian yang digunakan. Yel-yel yang dinyanyikan secara bersambung desa-desa diikuti dengan pernyataan sikap dari anak-anak. Sinta, perwakilan anak-anak dari Desa Trimulya menyampaikan kerinduannya agar anak-anak bebas dari kekerasan di rumah, di sekolah dan di lingkungan masyarakat. Bondan, dari Desa Leboni mengatakan “ kami berharap semua anak mendapatkan akses pendidikan”


Karnaval adalah salah satu kegiatan di Festival Anak Perdamaian. “Karnaval ini dilakukan supaya anak-anak bisa mengekspresikan diri, terutama dapat terlibat langsung menyuarakan perdamaian dari perspektif anak-anak” jelas Cici, koordinator kegiatan. Di sepanjang jalan, masyarakat menyambut ekspresi anak ini dengan bertepuk tangan dan memberikan dukungan.  Citra, salah seorang masyarakat yang menyaksikan karnaval mengaku sangat senang menunggu iring-iringan karnaval sepanjang 200 meter selesai. “Saya merasa kita bisa punya generasi yang cinta damai di Poso” ujarnya. Puncak ekspresi perdamaian dalam karnaval dilakukan bersama di lingkaran tugu Tentena. Berdiri melingkar, anak-anak melakukan tarian bersama sambil mengajak masyarakat di sekitar ikut bersama dalam kampanye perdamaian.

Bagi beberapa anak khususnya yang berasal dari Poso Pesisir, sangat senang mampu tampil bersama-sama dengan anak-anak dari kota Tentena dan sekitarnya. “ ini pertama kali datang di Tentena dan menari bersama disini, saya senang sekali” ujar Dina dari Desa Kilo. Sementara Dewi dari Desa Toinasa berseru senang “saya mau kemari lagi nantinya bertemu dengan teman-teman” Tidak heran, ini pertama kalinya mereka bertemu dengan yang berbeda agama dan suku dari berbagai desa.

Baca Juga :  Film Titik Dua, Potret Politisi Asal Ngomong

Ekspresi perdamaian dalam keberagaman terus berlanjut dalam tampilan kreasi seni dan budaya pada malam harinya. Bunyi gendang bertalu indah mengiringi langkah-langkah kaki kecil di pangung. Serombongan anak berpakaian adat Lore Selatan membuat lingkaran diiringi lagu. Tepuk sorai penonton berulangkali terdengar ketika nyanyian mereka melengking tinggi dengan merdu. Malam itu, suasana panggung Festival Anak Perdamaian meriah dengan keceriaan anak-anak yang menampilkan beragam seni tari dan puisi . Tarian moende, sebuah tarian tradisional asal Pamona mendominasi panggung. Anak-anak menari gemulai mengikuti alunan gendang dan gong.  Tidak ketinggalan vokal grup anak-anak yang bernyanyi tentang indahnya hidup rukun dan damai. Rangkaian seni yang ditampilkan memberi pesan indahnya keberagaman, dan bahwa anak-anak dapat menjadi generasi damai itu.


Api unggun mengakhiri rangkaian festival anak perdamaian. Puisi tentang perdamaian dibawakan oleh Dina dari Desa Dulumai, yang diikuti oleh  tarian modero bersama. Tidak ada lagi keraguan untuk saling bergandengan tangan dan  menari bersama dalam lingkaran. Gendang bertalu mengiringi nyanyian persahabatan anak, sampaikan pesan damai , harapan di tanah Poso.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda