Surat – surat Anak Poso The Letters of Poso’s Children

0
2429

Menulis surat menjadi kegiatan yang langka di jaman internet ini. Sebagian besar orang melakukan komunikasi melalui media internet termasuk media sosial. Menulis surat untuk orang tua lebih langka lagi atau sangat jarang terjadi. Telepon genggam menjadi pilihan banyak orang untuk saling berkomunikasi termasuk antar keluarga. Tetapi, tidak semua orang memiliki akses internet juga telepon. Khususnya orang-orang tua di desa. Lagipula melakukan komunikasi melalui telepon dan melalui surat memiliki dampak yang berbeda.

Hal ini dirasakan oleh sebagian besar orang tua dari anak-anak SMP dan SMA di wilayah Tentena setelah menerima surat dari anak-anak mereka. Sebelumnya, 100 anak-anak dari 7 desa di wilayah Tentena menulis surat bersama-sama kepada orangtuanya pada tanggal 20 Juli 2016 bersamaan dengan perayaan Hari Anak Indonesia. Perayaan yang diselenggarakan di Dodoha Mosintuwu ini, difasilitasi oleh Project Sophia bekerjasama dengan Perpustakaan Sophia, Dodoha Mosintuwu dan Radio Mosintuwu.

Surat yang ditulis dengan penuh rasa haru oleh anak-anak ini adalah yang pertama kali dilakukan di era teknologi saat ini. “Saya biasanya menghubungi mama dan papa lewat telepon” kata Cindy, 15 tahun. “ Saya bicara dengan mama saja karena papa sudah tidak ada, itupun kami cerita kalau saya pulang kampung” sambung Rahel, 14 tahun.

Baca Juga :  Sound Keliling Desa, Mengubah Wajah Lemusa

Membangun komunikasi dengan cara tradisional, yaitu menulis surat, membuka hubungan baru antara orang tua dengan anak-anak. Cici, koordinator Project Sophia menemui banyak cerita menarik saat mengirimkan surat-surat anak kepada orang tuanya. Saat mengantarkan surat di Desa Bo’e , Cici bertemu dengan ibu Dewi, orang tua Nadya. “ Kami sangat terharu menerima surat ini. Memang Nadya anak yang tertutup dan pemalu. Dengan mengikuti kegiatan di Project Sophia apalagi difasilitasi untuk menuliskan surat seperti ini, kami sangat senang dan berharap ini dapat membantu karakter Nadya yang pemalu” ungkap ibu Dewi. Nadya, siswa SMP GKST 2 Tentena menurut ibunya lebih banyak mengungkapkan perasaannya melalui diari.

Hal senada disampaikan oleh orang tua Popy, siswa kelas 1 SMA GKST 2 Tentena . “ Anak kami pintar, puji syukur karena itu. Tapi kami tidak ingin anak kami hanya pintar dalam hal akademik saja “ Cerita ibu Tankere setelah menerima surat “ Kami ingin Poppy bisa menjadi anak yang tumbuh  dan berkarakter yang baik dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Kami sangat senang anak kami bisa mengikuti kegiatan seperti ini diluar kegiatan disekolah. Karena harus seimbang pendidikan di sekolah dan di luar sekolah” Ibu Tangkere melanjutkan dengan memberikan apresiasi kepada kegiatan yang diselenggarakan oleh Project Sophia untuk anak-anak “apa bila ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Mosintuwu kami ingin agar tetap berkelanjutan terus. Karena ini sangat membantu kami orang tua agar anak-anak dapat tumbuh dengan karakter yang baik dan damai” ungkapnya.

Baca Juga :  Mewarisi Ilmu Pengetahuan dan Toleransi, Semangat dari Haul Guru Tua

Surat-surat yang ditulis oleh anak-anak remaja di wilayah Tentena ini menjadi langkah awal untuk membangun karakter generasi yang mengembangkan komunikasi dan rasa cinta kasih pada sesama dimulai dari orang tua. Sebagian besar surat-surat diantarkan langsung oleh Cici ke rumah-rumah orang tua siswa . Sementara itu siswa yang rumahnya berada di luar Kabupaten Poso, sebagian besar dikirimkan melalui surat. Kegiatan mengawali semangat Project Sophia, Institut Mosintuwu, dalam mengembangkan program bagi anak-anak di Poso untuk menjadi anak yang berkarakter damai.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda