Rekomendasi Perempuan Poso untuk Desa Membangun di Poso

0
1977
Para perempuan dari berbagai desa melakukan seri diskusi tentang kepemimpinan perempuan di desa. Foto : Dok.SueUseem

Perempuan Poso Menyusun Program Desa Membangun

“Tidak ada lagi alasan bahwa kelompok perempuan di desa dikatakan tidak mau aktif. Sejak awal, kita perempuan mau terlibat dan mau berbicara” seru ibu Helpin dalam pertemuan konsolidasi anggota sekolah perempuan Mosintuwu, Senin, 30/01/2017. Seruan Helpin mewakili semangat anggota sekolah perempuan yang mengikuti konsolidasi sekolah perempuan Mosintuwu di Dodoha. Dimulai dengan berkomitment menjadi bagian dari Tim Perempuan Pembaharu Desa, kelompok perempuan yang diorganisir oleh Institut Mosintuwu ini menyusun rencana program perempuan dalam desa,

Merespon semangat dan rencana program perempuan dalam desa, Budiman Maliki dan Rizal Kaniu, Tim Ahli Pendamping Desa di Kabupaten Poso memberikan catatan kritis tentang pembangunan dalam desa. Budiman memberikan penjelasan mengenai prioritas pembangunan wilayah daratan dan pesisir yang harusnya menjadi bagian dari ruang program perempuan . Rizal, menyampaikan mengenai pentingnya program perempuan dalam desa fokus pada program pemberdayaan sehingga bisa menyeimbangkan fokus pembangunan desa yang sarat dengan infrastruktur. Sementara itu Alshar Lamondja, pendamping desa wilayah kecamatan Pamona Selatan yang juga turut hadir memberikan motivasi terkait langkah strategis kelompok perempuan masuk dalam musyawarah desa, terlibat dalam tim 7 atau 9 serta mengawal pembentukan anggaran desa.

Difasilitasi oleh Lian Gogali, pendiri Sekolah Perempuan Mosintuwu, peserta yang hadir menyusun rencana perempuan dalam pembangunan desa. “Banyak sekali ide yang ada sejak dulu tentang bagaimana harusnya desa dibangun dan baru sekarang bisa menuangkannya dengan lebih sistematis” ujar ibu Martha dari Desa Uranosari. Dalam perencanaan program bersama berdasarkan kebutuhan desa tersebut, Lian mengajak untuk menganalisis masalah dan kebutuhan di dalam desa sebelum menentukan jenis program yang ada. “Biasanya kalau menyusun program hanya yang penting ada program, tapi dengan model seperti ini kami kelompok perempuan bisa menyusun program berdasarkan kepentingan dan kebutuhan warga masyarakat bukan kepentingan diri sendiri. Itu bisa dilihat dari masalah apa yang ada dalam masyarakat” komentar ibu Eva dari Dusun Kassa.

Program perempuan dalam desa ini rencananya akan dibicarakan oleh kelompok perempuan dalam musyawarah desa. “Bagi mereka yang sudah menyelesaikan musyawarah desa, kita akan melakukan lobi bersama untuk memastikan program kelompok perempuan bisa diakomodir” jelas Sri Ratna, koordinator Sekolah Perempuan.“Komitmen anggota sekolah perempuan adalah menjadi agen perubahan sosial dalam masyarakat. Agen perubahan adalah yang mampu memberikan sumbangsih bagi perkembangan masyarakat desa, dan bukan untuk posisinya sendiri” tegas Lian.

Perempuan Poso Desakkan 3 Rekomendasi Partisipasi Politik Perempuan dalam Desa

Selain menghasilkan rencana program perempuan dalam desa, pertemuan konsolidasi  menghasilkan rekomendasi pada pemerintah daerah. Rekomendasi ini disampaikan 3 perwakilan anggota sekolah perempuan Mosintuwu kepada Wakil Bupati Kabupaten Poso, T. Samsuri yang hadir dalam pertemuan.

Irmawati, anggota sekolah perempuan dari Desa Tokorondo membacakan rekomendasi pertama yaitu dibukanya ruang belajar masyarakat di desa sebagai wadah mengembangkan kapasitas, ketrampilan warga desa dalam berbagai bidang. Ruang belajar desa ini tidak berbentuk fisik tetapi aktivitas belajar bersama warga desa. “Kami belajar dari proses sekolah perempuan sebagai ruang pendidikan alternatif untuk warga yang membuat kami memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk mengembangkan diri dan berbuat bagi desa” jelas Irmawati. Rekomendasi kedua disampaikan oleh Erniwati dari Desa Saojo, tentang dukungan moril dan pendanaan bagi produk-produk usaha desa yang sudah dibuat oleh kelompok perempuan di desa. Termasuk menjadikan produk-produk usaha desa tersebut menjadi bagian dari unit usaha desa. “Saat ini anggota sekolah perempuan sudah menciptakan lapangan pekerjaan dalam desa melalui memproduksi kerajinan dan kuliner khas. “Mendukung produk yang dihasilkan perempuan adalah bagian dari mengembangkan seluruh komunitas masyarakat” tegas Erni. Helpin, ibu anggota sekolah perempuan dari Desa Tiu menyampaikan rekomendasi ketiga, yaitu perlu adanya Peraturan Bupati tentang 30% program desa membangun diberikan bagi kelompok perempuan di desa.Tepuk tangan mengiringi disampaikannya rekomendasi tersebut.

Baca Juga :  Menyambut Matahari, Bulan bertemu di Bumi Poso

Wakil Bupati, T. Samsuri, dalam responnya menyambut baik rekomendasi yang disampaikan dan menyatakan kesetujuan terhadapnya pentingnya ketiga rekomendasi tersebut. “Saya sepakat bahwa dalam banyak persoalan termasuk pembangunan perdamaian, perempuan adalah pihak yang paling bisa diajak kerjasama dan bisa mengatasinya” . Persetujuan ini disampaikan Wakil Bupati bersamaan dengan rencana  untuk menyampaikan rekomendasi terhadap SKPD Kabupaten Poso terkait untuk ditindaklanjuti.

Rekomendasi yang disampaikan adalah bagian dari langkah kelompok perempuan yang diorganisir oleh Institut Mosintuwu untuk memastikan partisipasi politik perempuan dalam mengembangkan desa membangun di Kabupaten Poso. Langkah ini diambil setelah sebelumnya bersama-sama merancang program perempuan di dalam desa.

“Perempuan perlu secara aktif menyusun ide dan gagasannya dalam bentuk program pembangunan di desa. Dengan cara ini akan mendorong perempuan menjadi warga negara yang aktif turut menentukan masa depan di desa. Ini menjadi cara bekerjasama dan bergandengan tangan lintas suku, agama dan jenis kelamin untuk mewujudkan masyarakat desa yang adil dan makmur” Demikian pernyataan Lian Gogali, Direktur Institut Mosintuwu menutup konsolidasi anggota sekolah perempuan di ruang Dodoha Mosintuwu.

Women of Poso Make Developing Village Programs

“There are no more reasons that women in a village will not be active. Since the beginning, we (women) want to be involved and to talk” said Helpin in the consolidation meeting of Women School of Mosintuwu, Monday, 30/01/2017. Helpin represented the spirit of the members of Women School who participated in consolidation meeting of Women School of Mosintuwu at Dodoha. It began with the commitment to be the part of Women’s Village Reformation Team, this team of women which organized by Mosintuwu Institut making plans for women’s programs in the village.

Baca Juga :  Mosintuwu Award 2022 : Penjaga Tradisi Danau dan Jurnalis Lingkungan

In responding to the spirit and the plans of women’s programs in the village, Budiman Maliki and Rizal Kainu, The Expert Village Assistant Team in Poso regency gave critical notes in regards to development in a village. Budiman explained about the priority of district development in the land and the coastal area which supposed to be the room for women’s programs. Rizal stated about the importance of women’s programs in the village to focus on empowerment programs therefore, it could balance the village development which loaded with infrastructure.

In another hand, Alshar Lamondja, the village assistant for Pamona Selatan district who was also participated, gave motivations related to the strategic steps for women’s group to participate in a village meeting, to be involved in team 7 or 9, and to assist the making of village budget.

Lian Gogali, the founder of Women School of Mosintuwu, facilitated the participants to draft the plan for women in village development. “There are many ideas since long time ago about how villages should be developed and only now it can be manifest systematically,” said Martha from Uranosari. In programs planning together based on the necessity of each village, Lian invited the women to analyze the problems and the necessities in the village before deciding the types of programs. “Usually, in programs making the important part is the programs but, with this model, the group of women can make programs based on the importance and the necessities of the villagers and not ourselves. It can be seen from the problems that exist in society” Eva from Kassa hamlet commented.

Women’s program in the villages was planned to be talked by women in village meetings. “For those who have conducted village meeting, we will do lobby to assure our women’s programs can be accommodated” explained Sri Ratna, the coordinator of Women School. “The commitment of the members of Women School is to be the agent of social change in society. The agent of change is the one who can give a contribution to the development of villagers and not only for herself” Lian affirmed.

Women of Poso Pushed 3 Recommendations of Women’s Politic Participation in Village

Besides creating the plans for women’s programs in the village, the consolidation meeting was delivering recommendations to district government. These recommendations were presented by three representatives of Women School to the Deputy Regent of Poso, T. Samsuri who attended the meeting.

Baca Juga :  Padungku, Sebuah Pesta atau Pengucapan Syukur?

Irmawati, the member of Women School from Tokorondo, read the first recommendation which was the establishment of learning room for society in the village as the medium to develop capacities and skills in many spectrums.

The room for village learning was not intended to be a physical building but the activities of learning together with society. “We have learned from the process of Women School as the room for alternative education for society. It gave us knowledge and the capacities to develop ourselves and to do something for the village” explained Irmawati. The second recommendation was presented by Erniwati from Saojo about the moral and financial support for rural enterprise products which were made by women’s group in the village. It included making the rural enterprises products to be part of the unit in village enterprise. “Currently, the members of Women School have created job fields in the village by producing crafts and culinary goods. “Supporting the products by the women is a part of developing the whole communities in society” affirmed Erni. Helpin, a member of Women School from Tiu, gave the third recommendation which was about the demand in Regent Regulation about 30 % of village developing program given to women’s group in a village. The recommendation got applauded from all of the participants.

The Deputy Regent, T. Samsuri, in his respond was welcoming all the recommendations and stated his approval on the importance of the recommendations. “I agree that in many cases, including peace development, women is the one who can cooperate and able to handle it.”

This approval was delivered by Bupati Deputy along with the plan to give the recommendations to SKPD Poso regency to be acted upon.

The recommendations were part of the movement of Women School which was organized bu Mosintuwu Institutu to assure political participation of women in reinforcing village developing in Poso Regency.

This step was taken after the women had designed women’s programs in the village.

“Women need to actively construct their ideas and thoughts into programs in village development. This way, it would push women to be the active citizens who decide the future of the village. It could be the way to cooperate and hand in hand with all tribes, religions, and sexes to make a just and prosperous society” said Lian Gogali, director of Mosintuwu Institut to end the consolidation of Women School at Dodoha Mosintuwu.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda