VCO Desa Kilo : Selaraskan Alam dan Perdamaian Poso

0
2645

Pagi-pagi pukul 6, Laurens 37 tahun, sudah mengunjungi rumah Nengah. Beberapa biji kelapa yang diisi dalam karung dipikul dan diletakannya di samping puluhan biji kelapa lainnya yang sudah terhampar di bagian belakang rumah Nengah. Hari itu mereka memulai kembali pekerjaan mengupas kepala untuk diolah menjadi minyak goreng. Beberapa lama kemudian, ibu lainnya berdatangan untuk membantu.

“Kami memulai produksi minyak goreng kelapa setelah proses sekolah perempuan Mosintuwu” cerita Nengah. ”Waktu itu saya jadi fasilitator sekolah perempuan di Poso Pesisir tapi saya ikut belajar bersama dengan anggota sekolah perempuan angkatan 3 tentang ekonomi solidaritas” Kurikulum dan materi ekonomi solidaritas, menurut Nengah mendorong mereka untuk memetakan potensi sumber daya alam yang ada di desanya untuk menjadi praktek ekonomi desa. Nengah dan Laurens masih ingat prinsip yang diajarkan di kelas sekolah perempuan, yaitu memastikan agar uang tidak keluar dari desa yaitu dengan memaksimalkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada dalam desa; dan membawa uang masuk ke dalam desa yaitu dengan menciptakan produk minyak kelapa murni dalam desa untuk dikonsumsi dan dijual.

Baca Juga :  Tim Ekspedisi Poso Telusuri Wilayah Sesar Poso
Ibu Nengah, ibu Lauren saat presentasi minyak VCO di workshop usaha desa

“Modal untuk memulai bukan uang, tapi apa yang ada di desa” Lauren bercerita awal muda usaha mereka “ Kami bersepakat dengan anggota sekolah perempuan mengumpulkan kelapa masing-masing 5 biji. Saya punya ketrampilan untuk membuat minyak kelapa murni, belajar dari leluhur dulunya. Setelah kelapa dibawa, kami buat minyak kelapanya lalu kami bawa ke festival sekolah perempuan di Tentena yang diselenggarakan oleh Mosintuwu “ Hasil penjualan pertama minyak kelapa murni tersebut, lanjut Lauren, dijadikan modal untuk meneruskan produksi lainnya hingga sekarang.

Kabupaten Poso selama ini dikenal sebagai daerah penghasil coklat dan padi . Kesadaran kekayaan pesisir pantai Kabupaten Poso dengan kelapa sebagai bahan minyak kelapa murni dimulai dari ibu-ibu sekolah perempuan Mosintuwu di Desa Kilo.

Melimpah kelapa di Poso

“Orang lupa bahwa sepanjang pesisir pantai Poso itu sangat kaya dengan kelapa yang jika diperas sangat bersantan” ujar Laurens. Tapi, kata Laurens, kelapa selama ini hanya diambil untuk dijadikan kopra bukan minyak kelapa murni. Sekolah Perempuan Mosintuwu menurut Lauren dan Nengah yang menyadarkan mereka atas kebutuhan minyak kelapa murni sebagai pengganti minyak kelapa sawit. “Di kelas sekolah perempuan, kami belajar bahwa jika mau memproduksi usaha desa, pastikan tidak merusak alam. Selama ini perkebunan kelapa sawit yang ada masuk ke desa-desa ternyata merusak alam. Kita mau menjadikan minyak kelapa goreng menjadi pilihan yang sehat tapi juga tidak merusak tanah” tegas Nengah diiyakan oleh Laurens.

Baca Juga :  Api Kartini Perempuan PosoKartini's Fire of Poso Womens

Martince, koordinator Usaha Desa Institut Mosintuwu menyampaikan bahwa usaha desa dalam bentuk minyak kelapa murni di Desa Kilo bukan saja berhasil menjadi alternatif usaha yang peduli pada alam tapi juga menguatkan solidaritas antar anggota sekolah perempuan. “ Ibu Nengah yang Hindu, ibu Laurens yang beragama Kristen dan ibu-ibu lainnya yang beragama Islam bersama-sama memproduksi dan saling mendukung. Bahkan meskipun Nengah pernah mengalami trauma karena disekap oleh kelompok militan Islam, dia tidak trauma bahkan sebaliknya semakin aktif mengorganisir ibu-ibu lain agar semakin banyak yang bergabung dalam kegiatan usaha desa mereka”

Proses pembuatan VCO

Proses membuat minyak kelapa murni, menurut Laurens, lebih rumit dan membutuhkan kesabaran. Biji kelapa diambil dari kebun masing-masing. Untuk mencukupi kebutuhan permintaan minyak kelapa murni, sebagian biji kelapa dibeli di kebun-kebun kelapa yang ada di Desa Kilo dan desa lainnya di sepanjang Poso Pesisir. Setelah dikeluarkan dari kulit kelapa dan dibelah hingga air keluar, air perasan kelapa diendapkan selama 3 jam sebelum dibuang airnya dan hasil minyaknya yang tertinggal digoreng kemudian disuling. Proses penyulingan minyak kelapa murni ini berlangsung sangat lama. “Biasanya satu hari untuk satu liter minyak kelapa murni “ kata Laurens tersenyum. “ Kami sangat bersyukur bisa mendapatkan alternatif ekonomi seperti ini sehingga kami bisa independen dalam ekonomi dan menjalin persaudaraan dengan yang lain” tutup Laurens.

Baca Juga :  Kaleidoskop Keamanan 2020, Petani Masih Terancam

Minyak kelapa murni Desa Kilo dapat diakses melalui galeri usaha desa di Dodoha Mosintuwu. Pemesanan dapat dilakukan dengan menghubungi kontak yang tersedia di instagram Dodoha Mosintuwu.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda