Windi dan Farel senang sekali hari ini. Mereka dibebaskan untuk melakukan apapun yang mereka inginkan selama ini. Bermain. Bukan hanya bermain, tetapi mereka bisa bertemu dengan teman-teman baru .
“ Cindy, namanya” ujar Windi malu-malu tentang teman barunya hari itu. Di kertas origami yang dipegangnya, Windi membaca suratnya untuk Cindy “ terimakasih sudah mau menjadi temanku. Semoga kita bisa bertemu lagi dan lebih akrab”
Seruan dan tepuk tangan 30-an anak-anak di ruang Dodoha Mosintuwu menyambut surat Windi. Bukan hanya Windy, ada Greysa, Talita, Fikri dan lainnya menutup hari itu saling membacakan surat . Anak-anak berusia 10 – 15 tahun dari Kelurahan Tegalrejo, Dusun Palapa, Kelurahan Pamona dan panti asuhan Yahya Kelurahan Tendeadongi berkumpul bersama hari itu dalam rangka Peringatan Hari Anak Nasional , Senin 23 Juli 2018. Beragam permainan yang mengasah kepekaan anak terhadap lingkungan diberikan oleh panitia.
Menariknya, perayaan yang difasilitasi oleh Sri Ratna Mbaresi, Yeni Tarau dan All Tampakatu ini mengajak anak-anak untuk menghargai perbedaan diantara mereka. Peserta kali ini memang berasal dari anak-anak di kelurahan Tegal Rejo dan anak panti asuhan Yahya Tendeadongi.
“Anak-anak diajak untuk saling mengenal latar belakang mereka. Saling bertoleransi, menghargai perbedaan”kata All Tampakatu.
Sejak pukul 15.00 sampai pukul 18.30 mereka berbaur dalam kelompok-kelompok yang diberi nama buah-buahan, menjelajahi pos-pos untuk menyelesaikan misi mengenal diri dan teman-teman. Berbagai bentuk permainan yang bertujuan membuat mereka saling mengenal dan memiliki kepercayaan diri, dilakukan dengan riang.
“Saya di kelompok Manggis dengan Rifki, kami menggambar bersama meskipun baru saling kenal” Ujar Royan, dari Kelurahan Tegalrejo. “Kami janjian bersama, kalau saya datang Tentena lagi saya mau beritahu supaya kami ketemu dan main bersama di Dodoha” sambungnya.
Membangun kepercayaan diri untuk saling mengenal satu sama lain meskipun berbeda agama dan suku menjadi sangat penting bagi anak-anak untuk merasa bahagia. Pentingnya membangun kepercayaan diri anak memang menjadi sangat penting, terutama untuk menolak segala bentuk intimidasi dan melawan kekerasan terhadap mereka. Sepanjang tahun 2017 sampai 2018, menunjukkan jumlah kasus kekerasan terhadap anak masih tetap tinggi.
Hal itu mendorong tema utama Hari Anak Nasional di Institut Mosintuwu mengangkat tema “ Saya dan teman-temanku untuk Indonesia Bahagia” Tema ini merujuk pada upaya-upaya yang masih harus terus dilakukan untuk membuat anak-anak merasa bahagia. Kebahagiaan ini terlihat ketika anak-anak bermain dan bersenang-senang dengan teman-teman seusianya.
“Kami meyakini anak-anak bisa bahagia antara lain karena ada ruang aman dan nyaman bagi anak, termasuk adanya ruang kreativitas bagi anak-anak” jelas Yeni Tarau, koordinator Project Sophia. Dilanjutkan Yeni, sangat sering larangan kepada anak-anak tidak disertai dengan disediakan ruang bermain bagi anak-anak. Sebaliknya, masih banyak orang tua yang memiih cara yang mudah untuk membuat anak-anak tidak rewel yaitu memberikan mereka peralatan teknologi.
Hari itu, di Dodoha Mosintuwu, anak-anak tidak lagi memperdulikan gadget mereka. Masing-masing sibuk berbincang dengan sahabat barunya. Sementara itu beberapa anak segera berlarian ke ruang perpustakaan Sophia yang berada di tengah kantor Mosintuwu untuk membaca. Bagi sebagian anak-anak yang lebih sering mendapatkan akses buku pelajaran, buku cerita yang bergambar terasa seperti penemuan baru.
“ Baca buku disini senang sekali karena saya bisa tahu banyak” cerita Tri Rahayu, 12 tahun.
Tingginya Angka Kekerasan Pada Anak, Pentingnya mendorong ruang aman
Di hari anak nasional, Institut Mosintuwu memberikan perhatian tentang anak dan teman-temannya.
“Kami percaya anak-anak bisa lebih mudah membangun kepercayaan diri jika bisa bersama teman-temannya, juga merasa aman” ujar Evi Tampakatu, koordinator rumah perlindungan perempuan dan anak.
Membangun kepercayaan diri anak memang menjadi sangat penting, terutama untuk menolak segala bentuk intimidasi dan melawan kekerasan terhadap mereka. Sepanjang tahun 2017 sampai 2018, menunjukkan jumlah kasus kekerasan terhadap anak masih tetap tinggi.
RPPA Intitut Mosintuwu mencatat beberapa kasus kekerasan anak yang menonjol sepanjang 2 tahun terakhir. Yang pertama adalah perkosaan dan kekerasan seksual yang terjadi di panti asuhan Ummu Rabiah, Poso Kota pada awal tahun ini. 12 orang anak menjadi korban, pelakunya adalah salah satu pengasuh panti.
Selanjutnya adalah kasus-kasus perkosaan yang terjadi pada anak dimana pelakunya adalah orang-orang yang dikenal dekat oleh korban atau keluarga korban. Dalam sebuah kasus bahkan yang menjadi pelaku adalah ayah kandung korban. Kasus ini terjadi di kecamatan Poso Pesisir Selatan, tepatnya di desa Pantangolemba. Kasus ini disidangkan pada awal tahun 2017 lalu di pengadilan negeri Poso.
Berdasarkan kasus-kasus yang sampai ke proses penyidikan di kejaksaan maupun kepolisian, sebagian besar kekerasan seksual itu terjadi. Kasus kekerasan seksual terhadap anak yang masih terus terjadi membuat sejumlah pihak mendesak adanya perhatian lebih dari orang tua terhadap anaknya. Sebab kasus kekerasan biasanya juga terjadi dilingkungan terdekat.
Pentingnya membuat ruang aman dan nyaman buat anak-anak akan menjamin masa depan Indonesia yang bahagia, demikian pokok kampanye dari perayaan Hari Anak Nasional ini. Ruang aman dan nyaman harusnya diciptakan oleh pertama-tama keluarga, dan tetangga dimana anak-anak berada. “Kami menghimbau agar anak-anak bisa dicegah dari tindak kekerasan dengan cara memperkenalkan anak-anak apa yang aman dan nyaman bagi tubuhnya” pungkas Evi Tampakatu, koordinator RPPA Mosintuwu