Kisah Masapi, Ikan Yang Bikin Danau Poso Istimewa

0
5338
Wayamasapi, tradisi ratusan tahun di Danau Poso untuk menangkap ikan masapi. Foto : Dok. Mosintuwu/Lian

“Belum ke Danau Poso, kalau belum cicipi masapi” Dulu, pernyataan ini sangat terkenal mampir di telinga siapa saja yang berkunjung ke Danau Poso. Itu dulu. Sekarang, tidak semua warung makan menyediakannya. Para nelayan juga mengeluhkan hasil tangkapannya, dengan membandingkan pengalaman mereka menangkap bertahun-tahun sebelumnya. Kata mereka, Danau Poso terkenal terutama karena masapi, ikan sidat jenis anguilla marmorata. Apa istimewanya Danau Poso tanpa masapi? sambung yang lain.

Prof. Gadis Sri Aryani, pakar Limnologi LIPI menyebutkan “Salah satu syarat untuk menjadi danau prioritas nasional adalah danau tersebut memiliki hewan endemik yang sangat perlu untuk dijaga”

Danau Poso ditetapkan menjadi salah satu dari 15 danau di Indonesia yang menjadi danau prioritas sejak tahun 2018. Ikan sidat, jenis anguilla marmorata adalah alasannya. Prof. Gadis, salah satu anggota tim yang memutuskan penetapan danau-danau prioritas di Indonesia, menjelaskan alasan penetapan Danau Poso dalam workshop pengelolaan Danau Poso, 18 Desember 2019. Sayangnya, ikan yang sering disebut masapi oleh orang Poso, kini terancam keberadaannya.

Penelitian yang dilakukan Navy Novy Jefry dan Krismono dari Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan serta Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan pada tahun 2015 menyebutkan, terjadi penurunan produksi induk maupun glass eel karena penangkapan terus menerus yang belum memperhatikan kelestariannya. Penangkapan ini dilakukan baik saat beruaya ke laut maupun saat hendak naik ke danau. Tapi bukan hanya karena itu, keberadaan dan pembangunan dam atau bendungan PLTA milik PT Poso Energi di desa Sulewana juga menjadi sebabnya. Penelitian ini menyebutkan, bendungan PLTA memutuskan jalur ruaya sidat ke laut dan dari laut ke danau yang berakibat hilangnya sidat dari danau Poso.

Baca Juga :  Album 3 Pandemi : Musik Merespon Pandemi di Indonesia

“Jumlah populasi sidat danau Poso bisa dijadikan indikator kesehatan danau Poso terhadap kerusakan. Apabila populasinya menurun berarti danau Poso mengalami kerusakan” demikian menurut Gadis. Ikan endemik lainnya seperti Rono (Oryzias spp) yang sering dianggap tidak penting memiliki peran besar untuk memberi tahu kita apakah kondisi air masih layak dikonsumsi atau tidak.

Masapi punya banyak kisah yang unik. Bukan hanya karena merupakan hewan endemik di Danau Poso, atau karena penangkapannya yang menggunakan pagar bambu dengan filosofi yang tinggi. Kisah hidup indukan jenis ikan sidat Danau Poso juga sangat menarik.

Profesor Gadis Sri Haryani pernah turun langsung meneliti ikan sidat Danau Poso pada tahun 1998-2000.  Sidat menurut sejumlah pakar kemungkinan mempunyai insting geomagnetik yang menyebabkannya bisa kembali dari laut ke danau Poso. Gadis menceritakan hasil penelitiannya bahwa sidat harus beruaya ke laut dalam di Teluk Tomini untuk berkembang biak. Kemungkinan karena ada gunung api bawah laut yang membuat suhu laut hangat dan tekanan yang cukup kuat memicu sidat bertelur.

Setelah bertelur, indukan sidat ini akan mati.

“Bayangkan, setelah menempuh perjalanan sekitar 60 kilometer untuk bertelur, si ibu mati”  cerita Prof. Gadis. Salah satu buktinya, dalam penelitiannya tidak ada indukan yang kembali ke Danau Poso.

 

 

 

Sebaliknya telur yang dilahirkan atau Leptocephalus terbawa arus hingga muara sungai Poso. Perlahan-lahan kemudian berubah menjadi sidat yang bentuknya seperti kaca (Glass eel) karena warnanya transparan. Setelah mulai bisa makan, sidat ini akan berubah warna menjadi kecokelatan. Sidat mengalami perjalanan yang sangat panjang dari teluk tomini ke Danau Poso.

Baca Juga :  APDP Ingatkan PT Poso Energy Tidak Serobot Budaya Danau Poso

Di sepanjang perjalanan kembali ke Danau Poso, sidat kecil ini akan menemukan makanan dari yang tersedia di sepanjang sungai menuju Danau Poso. Karena itu, ekosistem lingkungan di sepanjang sungai juga akan membantu sidat bisa kembali selamat ke Danau Poso. Bagaimana mereka bisa kembali ke Danau Poso? Prof. Gadis menjelaskan indukan atau ibu sidat mengeluarkan semacam hormon saat beruaya ke laut. Inilah jejak yang diikuti oleh sidat kecil.

Data dari Sugeha dkk tahun2001 menyebutkan bahwa ada 4 jenis sidat di danau Poso antara lain Anguilla marmorata, A. celebensis, A. interioris dan A. sp. Dari empat jenis ini A. marmorata paling dominan. Dinamakan marmorata karena corak kulitnya seperti marmer. Penelitian Navy Novy Jefry dan Krismono tahun menyebut selain 4 jenis diatas, ada satu jenis sidat lagi di danau Poso yakni A. Boorneensis.

Pembuatan fish way yang tidak mendukung proses ruaya sidat harus menyesuaikan dengan perilaku dan jalur migrasi sidat. Pembuatan tanggul pada tepian sungai misalnya, justru membuat sidat kesulitan mencari makanan dan tempat bersembunyi karena sudah tidak ada tumbuhan tempat adanya plankton maupun serangga. Daerah tertentu seharusnya jangan dibuat tanggul atau beton untuk menjaga kestabilan ekosistem, bukan hanya untuk sidat saja tetapi ikan-ikan lainnya juga.

Usaha merekayasa  jalur hidup Sidat boleh saja dilakukan dengan cara restocking. Namun melepas bibit atau restoking  ke danau juga seharusnya melalui kajian ilmiah. Bisa dibayangkan jika sidat hasil restocking itu hendak berpijah di laut pasti akan kesulitan karena tidak punya jejak menyusuri jalur sungai Poso yang sepanjang kurang lebih 60 kilometer itu.

Baca Juga :  Cerita Damai dari Bakul Ikan

Dengan becanda Profesor Gadis bilang, si Sidat akan bertanya “dimana kampung saya?”

“Kita harus mencari solusi agar ikan sidat dewasa yang terhalang jalur migrasi ke laut agar tetap bisa bermigrasi (menyesuaikan perilaku sidat)”kata Profesor Gadis. Keterangan beberapa nelayan di Waya Masapi, menjelaskan perilaku sidat yang akan masuk ke perangkap mereka, menggulung diri seperti ban motor. Gadis mengatakan, seperti itulah naluri sidat untuk melindungi diri dari batuan agar tidak terluka.

Jika jalur migrasi sidat kini sudah terganggu maka semua pihak harus mencari cara agar sidat ini akan tetap ada dan menjadi ikon danau Poso. Sebab tanpa Masapi marmorata ini, danau Poso tidak terlalu istimewa lagi. Karena keberadaan sidat ini pula sehingga danau Poso masuk dalam 15 danau prioritas nasional dibawah kementerian lingkungan hidup kehutanan dan disetujui 9 menteri lainnya. Jadi, Masapi bukan hanya soal ekonomi, soal harganya yang tinggi. Jumlahnya di Danau Poso juga menjadi indikator kesehatan danau . Apabila populasi menurun berarti danau Poso mengalami kerusakan. Ikan endemik lainnya seperti Rono (Oryzias spp) yang sangat sensitif juga dapat mengalami kepunahan. Semua punya perannya masing-masing sehingga kita tidak bisa meremehkannya. Mereka adalah pengingat atau alarm bagi kita yang tinggal di pinggir danau.

Sebab, Danau Poso bukan hanya kumpulan air tetapi juga sebuah ekosistem yang mahluk-mahluk didalamnya punya peran masing-masing.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda