Gusdur meneladankan, kita meneruskan. Kalimat ini hidup dalam gerak aktivitas Gusdurian, individu , komunitas/forum lokal, dan organisasi yang merasa terinspirasi oleh teladan nilai, pemikiran, dan perjuangan Gus Dur.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Jaringan Gusdurian diselenggarakan penganugerahan GUSDURian Award. GUSDURian Award atau Anugerah GUSDURian merupakan suatu bentuk apresiasi dan rasa hormat yang diberikan Jaringan GUSDURian Indonesia kepada penggerak, lembaga, dan komunitas yang telah melakukan kerja-kerja sosial yang selaras dengan 9 nilai utama Gus Dur. Apresiasi ini diberikan kepada mereka yang telah membawa perubahan sosial menjadi lebih baik dan mampu menjaga konsistensi dalam berjuang bersama masyarakat.
Penganugerahan GUSDURian Award diberikan dalam acara puncak Temu Nasional ( Tunas ) Gusdurian, 12 Desember 2020. Terdapat tiga kategori dalam GUSDURian Award, yaitu kategori penggerak, lembaga, dan komunitas.
Lian Gogali, dianugerahi GUSDURian Award kategori penggerak, Institut Mosintuwu untuk kategori lembaga, dan GUSDURian Semarang sebagai peraih GUSDURian Award untuk kategori komunitas.
Selain menjadi peraih GUSDURian Award untuk kategori penggerak, Lian Gogali yang juga adalah pendiri Institut Mosintuwu dan penggerak Gusdurian Poso mewakili lembaga yang ia kelola, yaitu Institut Mosintuwu, menerima penghargaan yang sama untuk kategori berbeda. Dua kabar baik tersebut membuatnya terharu dan sempat tidak bisa berkata apa-apa.
“Terimakasih atas kepercayaannya, penghargaan ini merupakan tanggung jawab kemanusiaan yang besar untuk meneruskan dan meneladankan nilai-nilai Gus Dur,” kata Lian dalam penerimaan yang diselenggarakan live di zoom dan youtube.
KH. Husein Muhamad, salah satu dewan juri mengatakan bahwa penetapan Gusdurian Award berdasarkan tiga hal penting yakni konsistensi dalam gerakan memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan, mengimplementasikan nilai-nilai Gusdurian, dan mampu menggerakkan masyarakat melakukan perubahan yang signifikan.
Lian Gogali, dilihat sebagai aktivis perempuan yang konsisten dalam gerakannya sejak tahun 2009 di Poso. Institut Mosintuwu yang berdiri sejak tahun 2010 merupakan salah satu lembaga yang menjadi bagian dari jaringan Gusdurian sejak tahun 2016. Berjejaring dan bekerjasama dengan Gusdurian, Institut Mosintuwu aktif melakukan kampanye perdamaian di tingkat nasional, termasuk mengelola nilai-nilai Gusdurian dalam serangkaian program yang dikembangkan oleh Institut Mosintuwu. Tahun 2018, setelah melalui serangkaian penelitian di desa dan komunitas masyarakat Poso, Institut Mosintuwu menetapkan 12 titik nilai jelajah budaya yang dieksplorasi dari nilai-nilai Gusdurian dan Mosintuwu.
Dalam catatan Gusdurian, Institut Mosintuwu dilihat aktif dan konsisten melakukan pendampingan masyarakat paska konflik dan mengadvokasi masyarakat yang dieksploitasi oleh kepentingan ekonomi politik dan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak kepada masyarakat miskin dan marjinal.
Sedangkan sebagai peraih GUSDURian Award kategori komunitas, GUSDURian Semarang diwakili oleh salah satu GUSDURian Semarang merupakan salah satu komunitas Jaringan GUSDURian yang aktif melakukan kerja-kerja pendampingan pada kelompok ‘yang dilemahkan’. Komunitas ini ikut mengadvokasi penggusuran lahan, mendampingi penyelesaian kasus penolakan pembangunan gereja, dan lain-lain.
Jaringan GUSDURian berharap apresiasi ini bisa menjadi penyemangat, pendorong, serta inspirasi bagi lebih banyak orang, lembaga, dan komunitas untuk terus berupaya mewujudkan Indonesia yang lebih damai, sejahtera, adil, dan bermartabat.
Acara puncak rangkaian Tunas 2020 sekaligus memperingati Haul Gus Dur ke-11 dilangsungkan sejak tanggal 7 Desember 2020. Acara yang merupakan akhir dari rangkaian acara TUNAS 2020 yang berlangsung selama sepuluh hari sejak tanggal 7 Desember lini dihadiri oleh Nyai Hj. Sinta Nuriyah Wahid, Alissa Wahid, KH. Husein Muhammad, Mohammad Sobary, dan beberapa tokoh lainnya.