Kaleidoskop Bencana Alam 2020 : Berlangganan Banjir

0
1940
Seorang warga melihat rumahnya yang roboh diterjang banjir bandang di Desa Lengkeka, 3 Maret 2020. Foto: Dok.Mosintuwu/RayRarea

Peristiwa alam di Kabupaten Poso merefleksikan kebutuhan mendesak untuk merancang pembangunan yang berbasis geospasial , membuat tata ruang wilayah yang mempertimbangkan mitigasi bencana, dan membuat kebijakan yang tidak beresiko merusak lingkungan. Banjir dan longsor menjadi langganan warga. Setiap tahunnya, tidak terkecuali tahun 2020, warga di wilayah Kecamatan Poso Kota dan sekitarnya, Lage dan Poso Pesisir akan mengalami banjir. Sementara itu longsor paling sering terjadi di wilayah Lore. Bencana terbaru yang dialami warga di tahun 2020 adalah terendamnya ratusan hektar sawah karena uji coba pintu air PLTA milik PT. Poso Energy. Sementara itu peristiwa gempa bumi terjadi sebanyak 44 kali.

Serangkaian peristiwa awal yang terjadi di Kabupaten Poso yang berulang setiap tahunnya tidak disertai langkah-langkah mitigasi bencana. Peristiwa alam ini terjadi pada saat warga menghadapi pandemi Covid-19.

Media mosintuwu.com mencatat peristiwa bencana di Kabupaten Poso sepanjang 2020 :

Maret

3 Maret, Banjir bandang menerjang Desa Lengkeka, kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, pada Selasa 3 Maret sekitar 15.25 WITA. Peristiwa tersebut terjadi setelah hujan lebat mengguyur wilayah di lembah Bada dan menyebabkan air bah turun dari kawasan pegunungan di sebelah utara Desa Lengkeka.  Sebanyak 257 kepala keluarga yang terdiri atas 952 jiwa harus mengungsi ke kantor Camat selama 1 bulan.  Banjir bandang yang dialami warga ini adalah yang terbesar dalam 10 tahun terakhir. Banjir bandang sebelumnya dialami wilayah ini pada tahun 2007.

19 Maret, Gempa bumi berkekuatan M 4,5 terjadi pada hari Kamis (19/3/2020), tepatnya dikawasan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara sekitar pukul 17.23 WIB. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), episenter gempa bumi berlokasi di titik koordinat 1,25 Lintang Selatan (LS) dan 120,57 Bujur Timur (BT). Tidak ada korban jiwa maupuan kerusakan rumah maupun fasilita umum pasca peristiwa ini

28 Maret, Gempa bumi berkekuatan M 4,4 tercatat terjadi pada pukul 23:55 Wita atau 22:55 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat pusat gempa Poso hari ini berada pada titik koordinat 1.25 LS 120.57 BT. Menurut BMKG pusat gempa berada di darat 8 km arah selatan Tambarana. Adapun kedalaman pusat gempa (hiposentrum) tersebut adalah 10 Km.  

29 Maret, Sejak awal bulan hingga 29 Maret terjadi 16 kali gempa bumi dengan intensitas tertinggi di Doda kecamatan Lore Tengah yakni 7 kali.

Baca Juga :  Dongeng Ajaib di Radio MosintuwuStory Telling at Mosintuwu Radio

April 

Sejak April,  PT Poso Energi melakukan uji coba buka tutup pintu air bendungan PLTA Poso I. Akibat uji coba itu permukaan air danau naik hingga 50 sentimeter. Data yang dikumpulkan oleh dinas pertanian kabupaten Poso awalnya menyebutkan 426 hektar sawah yang terendam di desa-desa di sekeliling danau Poso. Namun data itu kemudian direvisi menjadi 260 hektar. Hampir sama dengan perkiraan yang disampaikan pihak PT Poso Energi yakni 206 hektar. 

Kenaikan permukaan air danau saat ini, tidak seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya. Dalam pengalaman para petani, air danau sudah surut pada bulan Juli, dimana mereka akan menanam dan panen sekitar bulan Oktober atau November.  Akibat terendamnya sawah, ratusan petani mengalami kerugian ekonomi untuk kebutuhan hidup termasuk terancam ditariknya jaminan rumah dan tanah untuk modal pinjaman pengolahan sawah yang tidak bisa dikembalikan. 

28 April, gempa bumi berkekuatan M 2,5 terjadi di Taipa, sebelah barat danau Poso. Ini merupakan gempa bumi ke delapan kalinya yang dirasakan selama bulan April di kabupaten Poso. Meski tidak ada korban jiwa dan kerusakan, namun gempa bumi ini menimbulkan kecemasan ditengah warga yang ada di wilayah sebelah barat danau.

29 April, hujan deras mengguyur hampir seluruh kabupaten Poso. Air sungai Poso meluap, merendam sebagian kelurahan di kecamatan Poso Kota dan Poso Kota Selatan, 4 desa di kecamatan Lage. Di kecamatan Poso Pesisir, luapan sungai Puna merusak sekitar seratus hektar tambak ikan dan udang yang sudah siap panen. Di kecamatan Poso Pesisir Selatan, banjir bandang menerjang Desa Tangkura menyebabkan 400 kepala keluarga terdampak, sebagian mengungsi karena air menggenangi rumah mereka. Di Desa Betalemba, satu orang warga yang hendak menyeberang sungai Puna dilaporkan hanyut dan belum ditemukan sampai sekarang. Di kecamatan Pamona Utara, 24 rumah di Desa Saojo juga terendam air, di wilayah ini banjir memang menjadi langganan. Di Desa Maranda kecamatan Poso Pesisir Utara, banjir memutus jembatan Samalera yang menjadi jalur trans sulawesi. Puluhan rumah di wilayah ini juga terendam air. 

Data BPBD kabupaten Poso menyebutkan 17 desa terkena banjir dengan total warga terdampak sebanyak 1,842 jiwa. Sebanyak 679 orang di desa banyusari kecamatan Lore Utara harus mengungsi karena rumah mereka rusak akibat banjir bandang. Sementara di desa Tangkura, sebanyak 400 kepala keluarga memerlukan bantuan karena rumah mereka terendam banjir, sebagian rusak. 206 orang warga dikelurahan Sayo, dan 163 di kelurahan Ranononcu terdampak banjir akibat meluapnya sungai Poso. 

Baca Juga :  Poso Merayakan Kebaikan Alam dan Pangan Lokal

Mei

2 Mei,  Sebanyak 5 desa di kecamatan lembah Lore, yakni desa Wuasa, Banyusari, Kaduwaa, Alitupu, Watumaeta dan Talabosa terisolir akibat longsor yang menutup seluruh jalur keluar masuk wilayah itu akibat luapan Sungai Lariang dan tiga sungai yang membentuk Sungai Lariang. Ratusan rumah terendam dengan ketinggian air mencapai 75 sentimeter hingga 1 meter. Warga mengungsi ke rumah saudara mereka yang tidak terkena banjir. Pada sore hari, banjir sudah surut, dan warga mulai bergotong royong membersihkan material banjir dirumah-rumah. Kondisi terparah terjadi di Desa Banyusari. Sebanyak 117 rumah terendam atau separuh lebih dari total rumah di desa itu.

Disaat bersamaan,  jalan yang menghubungkan desa Tangkura dengan desa Sangginora dan Dewua terputus akibat longsor. Hujan deras yang mengguyur kabupaten Poso selama lebih dari 4 jam menyebabkan 5 titik disepanjang ruas jalan itu amblas. Akibatnya listrik di desa Sangginora dan Dewua padam karena beberapa tiang listrik roboh. Selain itu, para pedagang sayur dari lembah Napu harus berputar melewati kota Palu untuk bisa menjual sayur ke kota Poso.

Banjir ini juga menyebabkan, puluhan hektare sawah dan lahan sayuran rusak berat akibat diterjang banjir bandang. Di desa Banyusari, yang menjadi wilayah terparah akibat banjir itu, sekitar 80 hektar lahan sayur gagal panen karena tertimbun lumpur. Luasan kebun yang rusak itu belum terhitung desa lainnya.

 

Akibat bencana ini, ada 180 KK petani sayuran di desa Banyusari dipastikan kehilangan penghasilan untuk 3 sampai 4 bulan paska bencana. Untuk meringankan beban para petani. Pemerintah desa, berupaya mengajukan penangguhan pembayaran pinjaman para petani itu di bank.

19 Mei, Gempabumi berkekuatan Magnitudo 4,5 terjadi dikawasan Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Gempa  itu terjadi pukul 17.23 WIB. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), episenter gempa bumi berlokasi di titik koordinat 1,25 Lintang Selatan (LS) dan 120,57 Bujur Timur (BT). Sepanjang bulan Mei terjadi 8 kali gempa bumi

30 Mei,  Banjir akibat luapan Sungai Poso melanda sejumlah titik di Kabupaten Poso sejak Kamis pagi, (30/4/2020) setelah hujan deras berlangsung sejak Rabu malam. Banjir semakin parah setelah Sungai Poso meluap ke permukiman warga. Ketinggian banjir di beberapa titik mencapai 1 meter. Selain banjir, longsor juga terjadi dan membuat jalan antara Desa Silanca dan Tagolu tertutup material

Baca Juga :  Gua Pamona , Dilindungi UU Cagar Budaya

Hingga Kamis malam berdasarkan data di BPBD Provinsi Sulawesi Tengah, sebanyak 5 kelurahan dan 4 desa yang ada di 4 kecamatan masih terendam banjir. Sementara 1.046 kepala keluarga terdampak. Desa Tangkura di Kecamatan Poso Pesisir Selatan menjadi lokasi terbanyak jumlah KK yang terdampak, yaitu mencapai 400 KK.

Juni

25 Juni, Hujan deras yang turun selama beberapa pekan menyebabkan longsor , membuat 8 titik diruas jalan antara desa Tomehipi – Kageroa – Lengkeka terputus. Akibatnya, perjalanan dari desa desa seperti Tuare, Tomehipi dan Kageroa menuju ke desa Lengkeka yang merupakan ibukota kecamatan Lore Barat hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. 

Juli

27 Juli, Gempa bumi bermagnitudo 3,4 mengguncang Kabupaten Poso. BMKG mencatat pada Sabtu 27 Juni 2020, pukul 17.59 WITA, gempa berpusat di darat, 20 Km arah baratdaya Tambarana Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Episenter gempa bumi Poso Sulteng, terletak pada koordinat 1,34 Lintang Selatan dan 120,48 Bujur Timur, pada kedalaman 10 Km.

Oktober

15 Oktober, Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah kabupaten Poso menyebabkan meluapnya sungai Poso hingga menyebabkan sejumlah rumah di wilayah kelurahan Gebang Rejo dan Kayamanya kecamatan Poso Kota terendam.  Selain merendam rumah warga, curah hujan yang tinggi menyebabkan jalan yang menghubungkan desa Tangkura dengan Sangginora kembali terputus. Berdasarkan catatan warga Desa Tangkura terdapat sekitar 5 titik longsor yang menyebabkan jalan itu tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. 

November

10 November, Humas PT Poso Energi menyebut pihaknya akan mengganti rugi 300 hektare lahan sawah dan lahan peternakan kerbau yang terendam air akibat uji coba pintu air PLTA Poso I. Namun mereka akan terlebih dahulu mendata semua pemilik lahan dan kerbau yang mati. Selain lahan persawahan, akibat uji coba pintu air milik perusahaan tersebut juga mengakibatkan 94 ekor kerbau mati, dan sebagian berpindah lokasi sehingga mengganggu lahan milik orang lain.

Desember 

Hingga akhir Desember, janji ganti rugi yang disampaikan oleh PT. Poso Energy kepada para petani belum terelisasi.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda