Covid-19 : Buka Tutup Pusat Layanan Kesehatan di Poso 

0
1609
Tugu Jam Kota Poso
Tugu jam kota Poso. Foto : Mosintuwu/Ray

Data terakhir dinas kesehatan kabupaten Poso hari Rabu 13 Januari 2021 menunjukkan, jumlah kasus covid19 sudah mencapai 649 orang dengan 432 orang sudah dinyatakan sembuh dan ada 201 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit maupun karantina mandiri. Tingginya penularan di kabupaten Poso salah satunya karena transmisi lokal penyebaran covid19 yang ditengah banyaknya kerumunan yang terjadi sepanjang akhir tahun 2020. Salah satu dampak penularan yang semakin tidak terkendali ini adalah tutupnya 4 pusat layanan kesehatan untuk sementara karena adanya tenaga medis yang tertular.

Penutupan pusat layanan kesehatan di kabupaten Poso dimulai dari RSUD Poso pada 18 Desember 2020 sampai 4 Januari 2021. Lewat surat bernomor 445/1736/RSUD Poso/XII/2020. Manajemen rumah sakit terbesar di Poso ini meminta persetujuan penutupan kepada Bupati untuk menutup 4 layanannya yakni, Instalasi Gawat Darurat,  poliklinik/rawat jalan, pelayanan bedah sentral/kamar operasi dan pelayanan  pemeriksaan radiologi.

Sebab penutupan ini adalah 36 tenaga medis, mulai dari perawat sampai dokter yang bekerja di RSUD Poso tertular Covid19. 

Penutupan sementara RSUD Poso memiliki dampak yang cukup serius bagi masyarakat umum yang membutuhkan perawatan kesehatan. Sebab ini merupakan pusat layanan kesehatan yang dianggap paling lengkap dan melayani mulai pasien umum sampai yang rujukan dari 23 puskesmas yang ada di kabupaten Poso.

Meskipun membuka kembali 4 poli yang ditutup mulai 4 Januari 2021, namun 3 ruang isolasi khusus perawatan khusus pasien Covid19 berkapasitas total 19 tempat tidur disini sudah penuh sejak 4 Desember 2020. Sejak itu RSUD Poso tidak lagi menerima  pasien baru covid19 dan bersurat ke 23 puskesmas di kabupaten Poso meminta mereka untuk sementara tidak merujuk pasien covid19 ke RSUD Poso.

Baca Juga :  Ekspedisi Poso : Menelusuri Masa Lalu Poso Ribuan Tahun

Penuhnya instalasi khusus pasien covid19 seiring makin tingginya kasus covid19 di kabupaten Poso. Data pada tanggal 4 Desember 2020 menunjukkan, ada 89 orang yang sedang menjalani perawatan. Jika menghitung kapasitas ruang perawatan yang hanya 19 tempat tidur, maka sebagian besar pasien positif covid19 menjalani karantina mandiri. Ini menjadi persoalan sendiri, sebab karantina mandiri cenderung lebih longgar dari pengawasan dokter.

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid19 dr Dewi Nur Aisyah mengatakan, secara teori kluster keluarga memiliki resiko penularan 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan kluster lain. Sebabnya, dalam satu keluarga cenderung sulit menjaga jarak ketika berada di dalam rumah. 

Di Poso, karena kapasitas ruang perawatan yang tersedia tidak bertambah, maka sampai hari Rabu 13 Januari 2021, berdasarkan data dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tengah, saat ini ada 206 orang di kabupaten Poso yang melakukan karantina mandiri. 10 orang dirawat di RSUD Poso, 1 orang di RSUD Anutapura Palu dan 1 orang lagi di RSUD Undata Palu.

Saat RSUD Poso ditutup, maka tumpuan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan RSU Sinar Kasih Tentena dan Puskesmas. Namun pada 4 Januari 2021 saat layanan RSUD Poso kembali dibuka, Puskesmas Kawua, Poso Kota Selatan justru ditutup karena covid19. Sehari kemudian, dengan alasan yang sama, Puskesmas Kayamanya juga ditutup.  3 kecamatan di wilayah Poso Kota tempat memang menjadi lokasi tertinggi penularan covid19. Hingga Rabu 13 Januari 2021, dari 201 pasien positif, sebanyak 126 orang berasal dari  wilayah ini.

Baca Juga :  Velma Riri : Penyintas yang Mendampingi Korban

Covid19 belum berhenti. Saat jumlah orang terinfeksi semakin banyak, giliran RSU Sinar Kasih menutup layanan UGD dan rawat inapnya karena ada tenaga medis yang terinfeksi. Meski masih membuka layanan lain seperti poli umum, kebidanan dan kandungan, namun penutupan ini secara psikologis membuat banyak orang khawatir. Sebab bukan tidak mungkin pergi berobat ke rumah sakit atau puskesmas justru tertular.

Sebagai dokter, Jimy Wololi dan tenaga kesehatan lain harus berpikir agar Puskesmas mereka tidak ikutan ditutup. Salah satu cara yang dilakukan Puskesmas Tentena adalah mengefektifkan peran bidan dan perawat yang ada di Poliklinik Desa (Polindes). Para tenaga kesehatan di desa diminta berkonsultasi dengan dokter di Puskesmas untuk merawat warga di desa mereka yang sakit. Sehingga yang dibawa ke Puskesmas adalah pasien yang sudah tidak bisa ditangani di desa.

dr Jimy mengatakan, sekarang banyak pasien datang ke puskesmas sore hari. Karena khawatir kalau siang hari akan ketemu banyak orang. Tetapi sebenarnya pasien ini masih bisa ditangani di desa. Bila ini berjalan, mereka bisa memaksimalkan pelayanan kepada pasien yang memang butuh perawatan.

Ketimbang mengandalkan perawatan di rumah sakit atau puskesmas. Warga sebaiknya melakukan pencegahan dengan mengikuti protokol kesehatan sederhana seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan. Sebab semakin banyak yang melakukan pencegahan, pandemi ini lebih cepat berakhir.

Euforia Vaksin yang muncul beberapa hari terakhir bisa menjadi bencana bila masyarakat melupakan protokol kesehatan. Selain karena di Poso belum dilakukan vaksinasi. Belum semua warga Poso akan menerima suntikannya, paling tidak sampai beberapa tahun kedepan. Itu artinya meskipun sudah ada vaksin, penyebaran Covid19 tidak akan berhenti menulari.

Baca Juga :  Menolak Kesulitan DPR: Mengapa Poso Mendesak RUU PKS di Prolegnas 2020

“Jangan sepelekan pandemi ini. Bantu kami agar tidak kelelahan”. dr Jimy mengingatkan. Dia meminta yang mengalami gejala covid19 untuk terbuka dan melakukan langkah perawatan termasuk menyampaikan ke orang terdekatnya tentang kondisi yang dialami. Apa yang disampaikan dr Jimy Wololi berkaitan dengan banyaknya kasus  orang tanpa gejala (OTG) di kabupaten Poso yang menjadi salah satu penyebar virus Sars 2 Cov yang sangat cepat.

Tanpa pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat. Bukan tidak mungkin pusat-pusat pelayanan kesehatan di kabupaten Poso termasuk Pamona bersaudara akan lumpuh. Gejala kearah itu sudah terlihat dengan ditutupnya 4 pusat pelayanan kesehatan masyarakat di kabupaten Poso dalam 2 bulan terakhir.

dr Jimy Wololi mengakui dirinya dan tenaga kesehatan lain juga khawatir bahkan takut ikut tertular covid19. Sebab mereka juga memiliki keluarga. Namun sumpah sebagai pelayan kesehatan membuat para dokter, bidan dan perawat harus tetap melayani masyarakat dalam kondisi apapun.

Banyak pandangan keliru tentang peran tenaga kesehatan yang mencuat sejak merebaknya pandemi Corona. Mereka disebut sebagai garda terdepan dalam menghadapi wabah. Padahal dokter, bidan dan perawat seharusnya ada di garda belakang. Merawat dan memulihkan yang sakit. Karena itu, Rumah Sakit, Puskesmas maupun Polindes harus dijaga agar tetap beroperasi. Kitalah yang ada di barisan depan, menghadapi pandemi ini dengan mematuhi protokol kesehatan dan membatasi bepergian ke tempat-tempat yang tidak begitu mendesak.

Bagikan
Artikel SebelumnyaAnggrek di Bancea
Artikel SelanjutnyaGempa Megathrust dan Tsunami Besar, Intai Pulau Sulawesi
Pian Siruyu, jurnalis dan pegiat sosial. Aktif dalam kegiatan kemanusiaan sejak konflik Poso. Sejak 2005 aktif menulis di surat kabar lokal dan media online. Sekarang aktif menulis tentang isu ekonomi, sosial, politik di Kabupaten Poso dan Sulawesi Tengah untuk media Mosintuwu termasuk berita di Radio Mosintuwu

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda