Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti tingginya kasus penularan covid19 di Sulawesi Tengah. Dalam laporan yang dikeluarkan 11 Agustus 2021, lembaga kesehatan dunia dibawah PBB itu mencatat kenaikan kasus di wilayah Sulteng mencapai 40 persen lebih tinggi dari Aceh 29 persen dan Gorontalo 26 persen. WHO mendesak agar pemerintah segera menambah kapasitas rumah sakit untuk merawat pasien yang saat ini mayoritas terpaksa melakukan isolasi mandiri.
Kabupaten Poso menjadi salah satu penyumbang tingginya kasus penularan Covid19 di Sulteng. Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng mencatat sebagian besar penambahan kasus terjadi di 4 wilayah, yakni kota Palu, Kabupaten Banggai , Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong. Angka kematian di Sulteng dalam sepekan terakhir juga menunjukkan jumlah kematian diatas 20 orang dalam sepekan terakhir. Per 13 Agustus 2021, jumlah orang yang meninggal akibat covid19 di Sulteng mencapai 983 orang. Diperkirakan dalam beberapa hari ke depan angka kematian akibat covid19 di Sulteng akan menyentuh 1.000 orang.
Saat ini, Kabupaten Poso menjadi salah satu wilayah di Sulawesi Tengah yang ditetapkan kebijakan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4. Dua wilayah lainnya adalah Kota Palu dan Kabupaten Banggai. Ketiga wilayah kabupaten/kota ini setiap hari seperti kejar-kejaran jumlah orang terkonfirmasi dan meninggal. Yang terkonfirmasi Covid-19 lalu meninggal dunia bukan hanya orang di kota. Di desa penyebarannya tidak kalah cepat.
Cepatnya penyebaran Covid-19 di Kabupaten Poso bisa dilihat dari pertambahan jumlah orang terkonfirmasi positif dalam sepekan.
Dari 3,750 orang terkonfirmasi pada 3 Agustus 2021 menjadi 4,503 orang pada 10 Agustus 2021. Bertambah 753 orang dalam sepekan. Setiap harinya di dua minggu awal Agustus, penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Poso selalu di atas 50 kasus.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng menyebutkan jumlah kasus di Kabupaten Poso dalam dua minggu awal Agustus mencapai 1.711 kasus baru. Sementara Data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Poso menyebutkan penambahan kasus 1.335 kasus baru. Yang sama dari data ini , hanya 1 hari dalam 2 minggu terakhir jumlah kasus dibawah 50 kasus, yaitu di data Dinkes Provinsi Rabu, 4 Agustus 2021 sejumlah 29 kasus baru, dan data Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Poso di hari Senin, 9 Agustus 2021 ( Lihat tabel )
Peningkatan kasus di Kabupaten Poso tidak ditunjang dengan ketersediaan tempat tidur. Lebih dari 1.000 orang terpaksa isolasi mandiri karena daya tampung untuk pasien di RSUD Poso hanya 64 tempat tidur. Kurangnya fasilitas perawatan membuat 1,130 orang pasien covid19 harus menjalani perawatan dirumah atau isolasi mandiri. Dalam wawancara dengan sebuah media massa, direktur RSUD kabupaten Poso menyebutkan, kapasitas ruang isolasi yang tersedia baru sebanyak 64. Sedangkan di RS Sinar Kasih Tentena disediakan 5 tempat tidur untuk perawatan sementara sebelum pasien dirujuk ke RSUD Poso.
Sementara itu, per tanggal 13 Agustus 2021, jumlah orang yang meninggal dunia mencapai 131 orang. Peningkatan jumlah pasien meninggal dunia dalam 3 hari terakhir sangat signifikan, yakni 9 orang. Pada 10 Agustus 2021, tercatat jumlah meninggal dunia 124 orang, sementara data 13 Agustus 2021 menjadi 131 orang.
Hari Minggu, 8 Agustus 2021, video lima peti jenazah pasien covid-19 yang berjejer di salah satu ruangan di RSUD Poso beredar luas melalui sosial media. Kelima peti jenazah pasien corona di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Poso, dilaporkan meninggal dunia pada hari Minggu 8 Agustus namun baru dimakamkan pada hari Senin pagi kemarin. Direktur RSUD Poso dr. Jein Rondonuwu, kelima pasien tersebut 3 orang meninggal pada hari Minggu sekitar pukul 17:10 wita dan 2 orang pada hari Senin dini hari kemarin. Dia menjelaskan, keterlambatan pemakaman kelima jenazah tersebut dikarenakan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan pada hari Minggu sore sampai malam harinya, sehingga pemakaman dilakukan pada Senin pagi. Selain karena hujan, kendala lainnya adalah tidak adanya penggali kubur.
Video ini sendiri sudah menunjukkan ganasnya penularan covid-19 di Kabupaten Poso pada pertengahan tahun 2021 ini. Selain kelangkaan tabung oksigen, penuhnya rumah sakit RSUD Poso yang jadi satu-satunya rumah sakit perawatan khusus covid19 membuat dua pasien covid19 yang berasal dari puskesmas Kayamanya kecamatan Poso Kota sempat harus dirawat sementara di teras.
Agar semakin banyak pasien yang bisa dirawat di rumah sakit, Satgas Covid19 kabupaten Poso berencana menjadikan RS Sinar Kasih Tentena dan RS dr Yanto milik Kodim 1307 Poso sebagai rumah sakit rujukan covid19. Problem layanan kesehatan bukan hanya keterbatasan sarana. Direktur RSUD Poso mengatakan sejak bulan Juli kemarin, sekitar 75 orang tenaga medis mereka terkonfirmasi positif covid19
Tidak Percaya, Anggap Remeh dan Jenuh
Dokter Lexy Montjai, direktur RS Sinar Kasih Tentena, dalam wawancaranya dengan mosintuwu.com mengatakan tingginya penyebaran virus ini paling tidak disebabkan tiga hal. Yakni, kurangnya pengetahuan tentang virus Sars Cov-2 ini, rendahnya protokol kesehatan dan tingginya mobilitas masyarakat. Soal mobilitas tinggi ini, jangan dikira hanya ada di kota.
“Mengapa sampai bisa menyebar di desa? banyak yang berpikir virus ini tidak sampai di desa, karena setiap hari aktifitasnya hanya dari rumah ke kebun. Tapi mereka tidak memperhatikan ada orang lain yang masuk keluar desa” kata dr Lexy. Pengamatan mosintuwu.com, keluar masuknya orang-orang ke desa didominasi oleh anak muda.
Jika orang di desa merasa Covid-19 tidak menghampiri karena mereka tidak kemana-mana, lain lagi orang-orang di kota yang banyak menganggap remeh Covid-19. Mereka yang anggap Corona ini remeh, biasanya percaya teori konspirasi, yang mengira Corona ini hanyalah isu politik dan ekonomi global. Pandangan ini menyebar dengan cepat di media sosial dan langsung diterima oleh orang-orang yang minim informasi kredibel. Ini diperburuk kurangnya kepercayaan pada pemerintah.
In semakini diperburuk masih banyak warga yang tidak mau divaksin, sebagian besar karena tidak percaya dan terpengaruh dengan berita bohong tentang vaksin.
“Saya minta agar kita lebih pandai membaca informasi supaya tidak salah ambil keputusan”kata dr. Lexy mengenai banyaknya warga yang tidak mau di vaksin . Dia meyakinkan, vaksin adalah hal biasa. Sejak kecil hampir semua kita pernah di vaksin polio dan campak serta cacar.
Covid19 menyebar dengan cepat seiring munculnya kejenuhan melaksanakan protokol kesehatan. Bisa dilihat disekitar kita, masih banyak yang tidak menggunakan masker ditempat publik. Padahal ini adalah sikap paling sederhana untuk menghadapi virus. Kurangnya ketaatan pada protokol kesehatan itu terkonfirmasi dalam survey yang dilakukan BPS periode 13 sampai 20 Juli 2021. Diluar Jawa-Bali, hanya 83,8 persen orang yang patuh menggunakan masker 1 lapis. Lalu ada 10,9 persen yang tidak menjaga jarak dan 6,8 persen yang tidak menghindari kerumunan.
Akibat tidak taat prokes inilah mengapa tidak ada lagi kecamatan di kabupaten Poso yang bebas dari covid19. Padahal, sampai awal tahun ini, ada 2 kecamatan yakni Lore Peore dan Lore Barat yang belum dimasuki virus ini. Namun data hari Rabu 11 Agustus, ada 22 kasus aktif di Lore Peore dan 30 di Lore Tengah.
Di Tomehipi, sebuah desa kecil di pinggir sungai Laeriang, kecamatan Lore Barat pada bulan Juli 2021 lalu lebih dari 80 orang dari 399 orang penduduknya positif covid19, mulai dari balita sampai orang tua. Hampir satu bulan kampung ini ditutup. Semua warga dilarang keluar kampung. Yang sedang ada diluar dilarang pulang sampai semua yang kena covid dinyatakan sembuh.