Kepada yang terhormat
Presiden Joko Widodo
Saya, Roslin Langgara. Saya adalah petani Desa Meko, salah satu desa yang terletak di tepi bagian Barat danau Poso, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Dalam surat ini, saya ingin mewakili suara hati ratusan petani di pinggiran Danau Poso khususnya petani di desa kami .
Hari ini hari tani.
Bapak Presiden pernah berkata, petani punya jasa besar bagi negara, karena kalau bukan karena petani kita mau makan apa, bangsa ini mau makan apa. Bapak Presiden juga mengatakan negara manapun pasti membutuhkan makan dan orang manapun pasti juga butuh makan. Lalu, Bapak Presiden juga mengatakan di masa depan urusan pangan akan menjadi rebutan di seluruh negara manapun.
Hari ini hari tani.
Sebagai petani, kami sangat bangga, dihargai oleh Bapak Presiden apalagi disebut berjasa bagi negara. Kami bangga sebagai petani yang bisa memberikan jaminan adanya makanan dan pangan bagi banyak orang, termasuk Bapak Presiden.
Tetapi, bapak Presiden yang terhormat, kebanggaan kami sebagai petani sekarang hilang. Kehormatan kami sebagai petani sekarang dirampas.
Para petani di sekeliling Danau Poso dipaksa untuk tidak bisa lagi menjadi petani.
Tahun 2020, ratusan petani mengalami gagal panen . Sawah dan kebun yang sudah siap dipanen tiba-tiba terendam. Awalnya kami tidak tahu, kami tidak mengerti mengapa siklus air Danau Poso yang selama bertahun-tahun kami jadikan patokan menanam tiba-tiba berubah.
Belakangan kami tahu. Penyebabnya adalah uji coba pintu air PLTA PT. Poso Energi.
Tahun 2021, ratusan hektar sawah petani masih terendam. Siklus air yang selama bertahun-tahun sudah kami ikuti dan mengatur masa tanam sawah di tepi Danau Poso tidak lagi berlaku. Ketinggian air diatur oleh bendungan PLTA PT. Poso Energi.
Sejak 2020, ratusan petani di sekeliling Danau Poso, termasuk saya, dipaksa berhenti menjadi petani.
Bagi saya dan ratusan petani lainnya yang mengolah sawah di tepi Danau Poso, kehilangan lahan sawah seperti kehilangan kehidupan kami.
Selama bertahun-tahun, sawah dan kebun yang kami olah telah berhasil membuat kami bisa membiayai pendidikan anak cucu kami.
Selama bergenerasi, sawah dan kebun yang kami olah telah membiayai kebutuhan makan minum dan kesehatan kami .
Kami bukan saja kehilangan lapangan pekerjaan , tapi kami kehilangan kehidupan kami.
Bapak Presiden yang terhormat,
Di hari tani ini, bagaimana petani merayakannya jika sawah dan kebunnya tidak lagi bisa diolah?
Bapak Presiden yang terhormat,
Di hari tani ini, bagaimana petani bisa mewujudkan program reforma agraria dan kedaulatan pangan yang merupakan program Bapak Presiden, jika sawah dan kebun kami tidak lagi bisa diolah?
Bapak Presiden yang terhormat,
Di hari tani ini, ucapan selamat kepada para petani , apakah masih juga ditujukan kepada kami yang sawah dan kebunnya tidak bisa diolah dan dipaksa berhenti menjadi petani?
Bapak Presiden yang terhormat,
Apa artinya hari tani, jika petani tidak punya sawah dan kebun untuk diolah?
Kami tidak ingin berhenti menjadi petani. Kami tidak ingin berhenti mengolah sawah. Menjadi petani adalah hidup kami. Kehilangan lahan sawah untuk diolah sama dengan kehilangan hidup kami.
Karena itu, bapak Presiden yang terhormat,
Di hari tani ini, tunjukkan kami keadilan
Di hari tani ini
Bantu kami untuk bisa kembali menjadi petani
Bantu kami untuk bisa kembali mengolah sawah dan kebun kami
Jadikan kami petani yang kembali berdaulat atas lahan kami.
Semoga surat ini menggerakkan hati Bapak Presiden yang terhormat untuk bersama-sama dengan petani agar bisa terus memberi makan dan menguatkan pangan negara Republik Indonesia.
Petani olah sawah
Pangan terjaga.
Dari tepi danau Poso, bersama-sama dengan petani lainnya, kami menyampaikan suara melalui surat ini.
Ohaiyo Pakaroso !
23 September 2021
Atas nama petani desa di pinggiran danau Poso!
Roslin Langgara .