Jaga Bumi Yang Sehat Karena Tidak Ada Planet Lain

0
1219
Ilustrasi : Canva

Saya tinggal di pinggir Danau Poso.  Setiap pagi, saya selalu berolahraga di dermaga yang terletak di tepi Danau Poso.  Udara terasa segar. Rumah kami dikelilingi banyak pepohonan, bunga, sayuran dan tumbuhan lainnya.Itu sebabnya ,bahkan ketika cuaca sedang panaspun, udara yang dihirup akan selalu terasa enak, bersih dan menyegarkan.

Suatu hari, saya mengikuti mama ke Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Tepat ketika saya keluar dari mobil, saya merasa ingin cepat kembali ke rumah.  Saat saya berjalan kaki di tengah kota, perasaan sangat tidak nyaman kembali terasa. Udaranya terasa sangat kering, penuh dengan asap dari kendaraan dan polusi.  Saya tahu bahwa saya tidak akan pernah bisa terbiasa dan menerima udara yang saya hirup di kota ini.

Saya tahu, udara yang kering dan tidak sehat dikarenakan pepohonan di kota Palu sangat sedikit . Ketika saya mencari tahu, ternyata banyak pohon yang ditebang hanya untuk memperluas bagian pinggiran jalan. Hal ini menyebabkan kurangnya pepohonan yang sebelumnya membantu mengalahkan efek merugikan dari polusi udara dan memurnikan udara. Padahal pohon sangat dibutuhkan termasuk untuk memberikan tempat teduhan dari sinar matahari yang panas. 

Saya mendengar, setiap tahun pembangunan perumahan, mall, juga pabrik di Palu bertambah. Tentu saja pembangunan ini menyebabkan semakin banyak pohon yang ditebang untuk memperluas tanah. Sementara, taman kota tidak diperluas. Jumlah orang yang membeli kendaraan bermotor semakin banyak, sehingga polusi udara meningkat. Sayangnya, kendaraan umum yang layak tidak diperbanyak.  Pabrik-pabrik yang telah dibangun menyebabkan semakin banyaknya limbah pabrik yang menambah pencemaran air, polusi di udara dan mencemari tanah yang bisa sangat membahayakan sampai mengancam kehidupan manusia dan membunuh hewan-hewan dan tumbuhan.

Dalam percakapan mama saya dengan petani, saya telah mendengar tentang ratusan hektar sawah yang terendam karena bendungan PLTA yang menggunakan air Danau Poso. Banyak petani yang dirugikan karena tidak bisa mengolah sawah, keanekaragaman spesies biota danau terancam karena siklus normal air tidak terjadi lagi. Semuanya demi pembangunan. Pembangunan yang hanya menguntungkan orang dan kelompok tertentu.

Baca Juga :  Petualangan Rasa Memiliki di Rumah Belajar Anak Indonesia

Saya memikirkan bahwa telah jutaan nyawa makhluk hidup di dunia ini hilang dan ribuan spesies yang punah karena industri-industri yang diciptakan manusia. Saya merasa sangat sesak dan sedih. Teknologi yang diciptakan manusia dengan tujuan untuk membuat kehidupan menjadi semakin mudah, efisien dan nyaman malah lebih banyak merenggut kehidupan itu sendiri.

Jika ini terjadi di Kota Palu, bagaimana dengan kota-kota lain di Indonesia dan di seluruh dunia? Berapa pohon yang ditebang, berapa hutan yang hilang untuk pembangunan? 

Para pengambil kebijakan dan pemilik perusahaan, saya yakin mereka tahu dampak negatif dari pembangunan yang merusak lingkungan. Dampak negatif yang bukan hanya untuk kami generasi muda, termasuk anak cucu mereka, tapi juga bagi bumi yang semakin penuh sesak. Mungkin dampak ini tidak kita merasakannya sekarang, tapi bagaimana dengan tahun depan atau tahun kedepannya? Dan bagaimana dengan tahun-tahun selanjutnya? Sayangnya, mereka tidak melakukan apa-apa . Lebih parah lagi mereka mengabaikannya. Untuk apa? Untuk mendapatkan keuntungan.  

Masalahnya bukan hanya pohon yang hilang, tapi juga konsumsi manusia yang semakin membuat lingkungan bukan hanya kotor tapi rusak. Yang paling sering saya lihat adalah sampah yang dihasilkan manusia dan bagaimana manusia memperlakukan sampah plastik. Saya pernah melihat ada  orang yang membuang sampah plastik di jalan atau di sungai .Saya membayangkan, mungkin mereka berpikir “Hanya satu sampah kok” atau “ kan ada tukang pungut sampah “ Tapi, bagaimana kalau semua orang berpikir seperti itu? Perlahan-lahan, tanpa disadari lingkungan di sekitar kita menjadi tempat sampah. 

Memilah dan membuang sampah pada tempatnya adalah satu hal. Hal lain yang sangat penting adalah bagaimana mengurangi penggunaan sampah plastik. Di pasar, di kios, di mall, saya melihat banyak orang menenteng kantong plastik untuk mengisi belanjaannya. Jika setiap hari terjadi, maka akan ada ratusan juta plastik yang digunakan manusia di seluruh dunia setiap harinya. Bahkan jika ada tempat sampah, saya pikir bumi tidak akan sangup menampung semua plastik yang digunakan oleh manusia. Apalagi, sampah plastik hanya bisa terurai dalam 450 tahun. Itu berarti ada banyak generasi yang merasakan dampak penggunaan plastik yang merusak tanah dan udara. 

Baca Juga :  Kasus Covid-19 Meningkat Tajam, Fasilitas RSUD Poso Tidak Bertambah

Saya memang hanya anak berumur 14 tahun, mungkin tidak bisa membuat perubahan besar untuk lingkungan, tapi saya bisa membantu untuk beberapa hal kecil.  

Di rumah, saya selalu diajari  untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Ketika pergi berbelanja selalu harus memakai tas belanja kain atau gunakan plastik sebelumnya yang sudah dicuci dan dikeringkan. Susu-susu kotak bisa saya hiasi dan gunakan sebagai tempat-tempat peralatan atau untuk perhiasan. Kaleng susu dan mentega bisa digunakan sebagai pot bunga. Pakaian yang sudah tidak pas lagi dengan saya, saya berikan kepada adik sepupu saya . Beberapa pakaian bekas, saya  potong bagian-bagiannya untuk membuat pola desain dan dijahit , menjadi  pakaian baru. 

Saya memang hanya anak berumur 14 tahun. Mungkin saat ini tidak bisa membuat perubahan besar untuk lingkungan. Tapi, kalau ada yang bisa saya lakukan meskipun hal yang sangat kecil, saya ingin membantu sebisa mungkin. 

Kepada mereka yang membaca pidato saya ini, tutuplah mata untuk sementara.  Coba bayangkan akan seperti apa kehidupan generasi ke depan bersama anak-anak, cucu, keponakan, sepupu kalian yang akan datang jika bumi yang diwariskan rusak.

Jika  dunia yang diwariskan pada generasi ke depan penuh dengan polusi, udara tidak lagi bisa dihirup. Jika ratusan hutan ditebang untuk industri,  banjir dan tanah longsor akan terjadi berulang. Jika hutan dihilangkan, lebah dan mahluk hidup lainnya yang menjaga siklus hidup manusia akan punah, manusia akan kekurangan sumber makanan . Spesies beragam hewan dan tumbuhan yang sekarang saja sudah sangat langka,  akan ikut punah bersama ribuan lainnya. Jika sungai, danau, laut kotor karena sampah dan limbah, sumber air bersih hilang , manusia dan mahluk hidup sudah pasti akan sengsara.  

Baca Juga :  Siapa Merusak Sungai, Tidak Masuk Surga

Coba pikirkan sekali lagi dunia kita yang sekarang.  Saat ini saja dunia sudah sangat parah,  akan seperti apa  masa depan bumi jika semua hal ini diteruskan? 

Saya sangat takut dengan apa yang akan terjadi nanti. 

Saya tidak tahu apa yang saya bisa lakukan untuk membantu menghentikan penebangan pohon agar udara kembali segar. Saya juga tidak tahu bagaimana menghentikan pembangunan bendungan PLTA yang sudah merugikan banyak sekali petani. Saya tidak bisa mengembalikan kembali air danau Poso kembali ke siklus normal, sehingga saya bisa menikmati pemandangan danau Poso yang menenangkan dan para petani bisa kembali mengolah sawahnya. 

Tetapi para pengambil kebijakan, Presiden, Gubernur, Bupati, kalian semua punya kewajiban untuk membuat keputusan yang bisa melindungi lingkungan dan alam. Tolong lupakan dulu keuntungan dan dukungan yang kalian dapatkan dari industri, pabrik, PLTA dan banyak lagi. Pikirkan lagi pertanyaan saya sebelumnya. 

Bayangkan sebetapa bahagianya kehidupan generasi setelahnya ketika udara yang mereka hirup bukanlah udara yang  penuh dengan asap kendaraan, polusi,  melainkan udara yang bersih dan segar. Betapa bahagianya, jika generasi ke depan bisa tetap menikmati keanekaragaman hayati biota dan tumbuhan di bumi ini. Atau, kalaupun mau berpikir soal keuntungan, pikirkanlah keuntungan yang bisa dinikmati oleh semua manusia dan mahluk hidup jika udara yang dihirup bersih , hutan dilindungi, sungai dan danau dijaga. 

Saya akan melakukan bagian saya untuk menjaga lingkungan di tempat saya, dari hal-hal terkecil.

Tapi, kita butuh lebih banyak orang, terutama pengambil kebijakan untuk melakukan kewajiban mereka melindungi bumi menjadikannya tetap sehat untuk ditinggali. Karena tidak ada planet lain buat kita. 

Redaksi : Diterbitkan seijin Sophia. Pidato ditulis oleh Sophia disampaikan sebagai bagian dari tugas sekolah dan menjadi bagian dari percakapan di Child Right Connect .

Bagikan
Artikel SebelumnyaKaleidoskop Kesehatan Poso 2021 : PPKM Level 4 , RS dan Puskesmas Sempat Tutup
Artikel SelanjutnyaKaleidoskop Korupsi Poso 2021 : Merambah Desa hingga Sekolah
14 tahun, Member of Child Advisory Team, 2021. Sophia menjadi 1 dari 16 anak lainnya ( Irak, Brazil, El Salvador, Fiji, Mongolia, Inggris, Kanada, Siprus, Bangladesh, Mesir, Jamaika, Korea Utara, Bolivia, Tanzania ) dari berbagai negara di dunia yang dipilih menjadi tim anak untuk memajukan pengakuan, perlindungan dan pemberdayaan pembela hak asasi anak, termasuk melalui partisipasi anak di tingkat nasional, regional dan internasional.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda