Danau Poso menyimpan segudang harta karun alami yang jarang diketahui orang. Harta ini pertama-tama diketahui oleh para ilmuwan, para peneliti yang kini mengarahkan pikiran mereka ke jantung Sulawesi. Poso atau Danau Poso. Danau yang menurut banyak ilmuwan adalah laboratorium alam terbesar yang tersisa di Indonesia.
Kekayaan itu sesungguhnya terlihat dari hal yang sedernaha sekali. Udang atau Lamale. Di Danau Poso beragam jenis udang endemik ditemukan peneliti. Diantaranya dari Family Atyidae Genus Caridina atau sering disebut udang Cardinal.
Awal tahun 2021 publikasi hasil penelitian tentang jenis-jenis udang di Danau Poso yang telah dilakukan oleh Werner Klotz (Wiesenweg Rum, Austria), Thomas von Rintelen (Museum für Naturkunde, Leibniz Institute for Evolution and Biodiversity Science, Berlin, Germany), Daisy Wowor (Division of Zoology, Research Center for Biology, Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Chris Lukhaup (Waldstrasse Hinterweidenthal, Germany) dan Kristina von Rintelen (Museum für Naturkunde, Leibniz Institute for Evolution and Biodiversity Science, Berlin, Germany) terbit jurnal Internasional bereputasi Q1 ZooKeys dengan judul ”Lake Poso’s shrimp fauna revisited: the description of five new species of the genus Caridina (Crustacea, Decapoda, Atyidae) more than doubles the number of endemic lacustrine species”.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan 5 Jenis baru udang endemik Danau Poso sehingga menambah daftar spesies udang endemik Danau Poso yang sebelumnya 6 menjadi 11. Udang yang baru di deskripsikan itu antara lain Caridina poso, C. fusca, C. marlenae, C. mayamareenae dan C. lilianae. Sebelumnya ada 5 spesies yang sudah teridentifikasi yaitu C. longidigita, C. schenkeli, C. sarasinorum, C. acutirostris, C. ensifera dan C. caerulea. Penelitian ini mengkombinasikan data ekologi, morfologi dan molekuler.
Uniknya semua jenis udang yang ternyata berbeda-beda tersebut disebut dalam satu kata dalam bahasa Pamona yakni Lamale. Orang–orang di sekitar Danau Poso memanfaatkan udang sebagai umpan saat memancing, juga dikonsumsi sebagai makanan.
Liana Rampalino warga Desa Tonusu bercerita pengalamannnya menangkap udang dengan cara menyalakan lampu saat malam hari ketika air tenang tidak berombak dan malam saat bulan gelap. Mengapa harus gelap? kalau terang bulan tidak ada udang yang naik ke pinggir tanggul. Untuk mengundang koloni udang datang mendekat, Liana menggunakan serokan atau poncuyu (bahasa Pamona).
Sekali menangkap Liana bisa mendapat sampai 70 kati (atau sekitar 23 Kg) Udang. Hasil tangkapan itu kemudian dijual kepada warga hingga ke desa tetangga dengan harga Rp.5.000/kati. Jika dihitung, dari tangkapan udang ini Liana bisa mendapatkan penghasilan 350 ribu rupiah semalam.
Tangkapan Udang ini membuktikan dua hal. Pertama kayanya sumberdaya alam Danau Poso yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat yang hidup disekitarnya. Tidak hanya udang, nelayan Danau Poso juga menangkap ikan dan siput yang bernilai ekonomi tinggi. Kedua, kualitas air masih baik. Sebab udang tidak akan ada di wilayah yang sudah tercemar.
Namun, bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan semakin meningkat, tentu ancaman keberlanjutan menjadi keniscayaan. Kini pemanfaatan berkelanjutan udang dan kekayaan lain di Danau Poso harus menjadi perhatian penting bagi semua pihak. Tidak hanya itu, ada ancaman yang datang dengan cepat namun jarang disadari kecuali oleh para nelayan. Serbuan ikan dari luar yang dimasukkan ke Danau Poso yang memangsa ikan-ikan endemik termasuk udang.
Status konservasi dan keberlangsungan setiap spesies yang ada di Danau Poso mengikuti kategori International Union for Conservation of Nature (IUCN), keterancaman muncul melalui datangnya spesies ikan asing yang berpotensi invasif spesies ikan Family Cichlidae dari Afrika ini dilaporkan dalam pengamatan pribadi Kristina dan Thomas von Rintelen pada tahun 2019. Lima spesies baru yang ditemukan juga memiliki tingkat keterancaman yang sama dengan 6 spesies sebelumnya.
Ancaman berikutnya, datang dari perilaku bertani yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan cairan kimia pada lahan pertanian disekitar Danau Poso turut menyumbang cemaran pada perairan terbuka, sehingga rekomendasi untuk aplikasi pertanian organik menjadi satu bagian penting dari upaya konservasi Danau Poso.
Menurut Jurnal Klotz dkk (2021), penelitian tentang keanekaragaman hayati udang air tawar pada Danau Purba yang ada di Sulawesi seringkali diremehkan, pendekatan taksonomi integratif merupakan salahsatu cara menemukan spesies baru juga berperan penting bagi pengetahuan evolusi fauna yang ada di Danau Poso. Pengetahuan baru dapat berkontribusi pada pencegahan hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati.