Four Freedom Award 2022 : Penghargaan Kebebasan Beragama untuk Institut Mosintuwu

0
2531

Dikutip dari fdrlibrary.org, suatu malam, Roosevelt memanggil 3 orang penasehatnya, Samuel I.Rosenman, dan Robert Sherwood ke ruang kerjanya di Gedung Putih. Dia menyampaikan punya ide untuk menambahkan bagian penutup pidatonya. Rosenman menceritakan saat-saat Roosevelt menyampaikan gagasannya itu.

 “Kami menunggu saat dia bersandar jauh ke belakang di kursi putarnya dengan pandangan ke langit-langit. Itu adalah jeda yang lama. Begitu lama hingga kami mulai terasa tidak nyaman. Kemudian dia mencondongkan tubuh ke depan lagi di kursinya” dan mendiktekan Empat Kebebasan. “Dia mendiktekan kata-kata dengan sangat lambat sehingga saya bisa mencatatnya sendiri dengan tulisan tangan saat dia berbicara.”

Fraklin Delano Roosevelt menjabat untuk periode ketiga kalinya ketika Amerika memasuki perang melawan Jerman di Eropa dan Jepang di Asia setelah 7 Desember 1941 pearl Harbour diserang. Dimasa ini pula dia menulis salah satu pidatonya yang paling terkenal. Pidato yang memuat konsep Four Freedom yang menjadi salah satu tonggak berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

 “Empat Kebebasan” ini, kebebasan berbicara, kebebasan beribadah, kebebasan dari kekurangan, dan kebebasan dari ketakutan muncul di bagian akhir pidatonya.

Tahun  2022, empat pendukung kebebasan yang dibicarakan oleh FD. Roosevelt menerima penghargaan Four Freedom Award atas upaya mereka mempromosikan dan melindungi kebebasan. Pengumuman itu disampaikan Presiden Yayasan Roosevelt dan komisaris Raja di Provinsi Zeeland, Belanda, Han Polman pada tanggal 10 Februari 2022.

Penghargaan Empat Kebebasan 2022 diberikan kepada 3 orang dan satu organisasi berikut:

  • Penghargaan untuk Kebebasan Berbicara dan Berekspresi diberikan kepada penyanyi-penulis lagu Vietnam dan pembela kebebasan berbicara Mai Khoi Do Nguyen
  • Penghargaan untuk Kebebasan Beribadah diberikan kepada pendiri dan ketua Institut Mosintuwu, Lian Gogali
  • Penghargaan untuk Kemauan, maju dan berkembang diberikan kepada aktivis hak asasi manusia Kenya Nice Nailantei Leng’ete
  • Penghargaan untuk Kebebasan dari Ketakutan diberikan kepada organisasi non-pemerintah LGBTI+ Turki niKuir. Penghargaan tersebut akan diberikan kepada pendiri niKuir: Melike Balkan dan zgür Gür.

Penghargaan Empat Kebebasan Internasional 2022  diberikan kepada Sviatlana Tsikhanouskaya, pemimpin gerakan demokrasi di Belarus pada bulan Januari lalu.

Penghargaan Four Freedom Award diberikan setiap tahun kepada orang-orang, laki-laki atau perempuan serta organisasi yang pencapaiannya dinilai oleh sebuah komite di lembaga ini telah menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip yang diproklamirkan oleh Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Delano Roosevelt dalam pidato bersejarahnya di depan Kongres pada tahun 1941. Paragraf terakhir dari pidatonya itu kemudian menjadi salah satu tonggak penting berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Empat nilai itu adalah kebebasan berbicara dan berekspresi, kebebasan beribadah, kebebasan untuk maju dan berkembang, kebebasan dari rasa takut.

Upacara Penghargaan Empat Kebebasan akan berlangsung pada 21 April 2022 ddi Middelburg, Belanda. Di acara ini nantinya juga akan ada pertemuan Empat Kebebasan dengan para pemuda untuk membicarakan nilai dan perjuangan para pemenang.

Baca Juga :  22 Tahun Operasi Keamanan di Poso, Tidak Berhasil Melumpuhkan MIT
Franklin D. Roosevelt saat berpidato menyampaikan “Four Freedom” . Foto : fdrlibrary

Para Pemenang Freedom Four Awards 2022

Kategori Kebebasan Berbicara dan Berekspresi- Mai Khoi Do Nguyen

Melalui musik dan bentuk seni lainnya, Mai Khoi mengedepankan pentingnya kebebasan berekspresi, keadilan sosial, dan peningkatan situasi hak asasi manusia di Vietnam. Dalam kehidupan dan pekerjaannya, dia menekankan hak setiap orang untuk membuat pilihan mereka sendiri. Tema yang menjadi perhatian Mai Khoi antara lain kesempatan yang sama bagi perempuan dan komunitas LGBTI+, kekerasan berbasis gender, kebebasan berekspresi, dan lingkungan. Antara lain, dia meminta perhatian pada bencana racun di Formosa pada tahun 2016 yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan memiliki dampak ekonomi yang besar pada nelayan lokal. Dia juga berkontribusi pada “The Bamboo Talk,” sebuah drama tentang kepedulian (untuk satu sama lain dan alam) dan berbagi air, makanan dan persahabatan. Hal-hal ini, menurut Mai Khoi, sangat penting untuk masyarakat inklusif yang berkelanjutan.

Kategori Kebebasan Beribadah – Lian Gogali

Lian Gogali menerima penghargaan atas komitmennya yang teguh dan berani terhadap dialog antar agama dan kebebasan beragama di daerah yang dilanda konflik di Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia. Gogali memulai Institut Wanita Mosintuwu di berandanya sendiri. Lembaga ini berawal dari sekolah perempuan, melakukan studi perdamaian dan mendidik perempuan penyintas konflik Poso untuk menjadi pembawa damai dan agen perubahan. Setelah menempuh pendidikan, para perempuan dengan latar belakang etnis dan agama yang berbeda banyak yang kemudian berperan aktif di desanya. Gogali dan Institut Mosintuwu mendorong perempuan dari berbagai desa, latar belakang etnis dan agama untuk berperan aktif dalam perekonomian desa dan masyarakat pada umumnya. Kisah Lian Gogali dan Institut Mosintuwu menunjukkan bagaimana satu individu dapat membuat perbedaan dan secara positif mempengaruhi kehidupan banyak orang.

Kategori Kebebasan untuk Maju dan Berkembang – Nice Nailantai Leng’ete 

Nice Nailantei Leng’ete adalah warga Kenya yang berjuang untuk penghapusan sunat. Dia juga mempromosikan akses setiap gadis muda ke perawatan kesehatan dan pendidikan di negara asalnya. Dia telah menyelamatkan banyak anak dari pernikahan dini. Dia membantu mereka dengan memberikan pendidikan dan memperkuat harga diri remaja perempuan. Leng’ete menekankan pentingnya bersekolah dan menjadi inspirasi bagi banyak anak remaja dan perempuan sebagai hasil dari pekerjaannya. Sayangnya, pandemi virus corona juga meninggalkan bekas luka yang dalam di Kenya. Ketika sekolah ditutup, jumlah kehamilan remaja, pernikahan anak dan sunat mencapai tingkat puncak. Leng’ete mematahkan banyak hal yang di tabukan ditempatnya untuk membawa perubahan yang diperlukan dalam budaya, perilaku dan kepercayaan, dan berkomitmen untuk berubah dari dalam komunitas lokal.

Baca Juga :  Kaleidoskop Politik Poso 2020 : Kasus Korupsi dan Minimnya Perda untuk Rakyat

Kategori Kebebasan dari Ketakutan – niKuir

Meskipun niKuir merupakan organisasi yang relatif baru, karya berharganya untuk mendukung komunitas LGBTI+- menjangkau ribuan orang di Turki dan di seluruh dunia. nikuir bekerja untuk mempromosikan akses yang sama ke pendidikan, kebebasan berkumpul dan berbicara, perlakuan yang sama di bawah hukum dan pencegahan diskriminasi dan ujaran kebencian. Organisasi ini mendukung individu LGBTI+ dengan pemantauan percobaan dan kampanye advokasi, membantu mendapatkan akses ke perawatan kesehatan yang layak dan memberikan bantuan dan konseling psikologis. niKuir juga memberikan dukungan dan bimbingan hukum, mengorganisir forum, pertemuan dan lokakarya dan mempromosikan kerjasama antara organisasi pemuda LGBTI+ dan pengambil keputusan internasional dan lokal.

Mengapa Kebebasan Beragama dan Beribadah Jadi Perhatian

Riset Setara Institute tahun 2021 menunjukkan, jenis pelanggaran atas kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di Indonesia paling banyak terjadi pada tahun 2020. Terutama tindakan Intoleransi. 

Sayangnya, dari 424 tindakan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan itu, 239 diantaranya dilakukan aktor negara, yaitu, diskriminasi sebanyak 71 kasus. Penangkapan 21 kasus dan pentersangkaan penodaan agama 20 kasus. Selain itu ada penahanan atas tuduhan penodaan agama.

Dalam laporan yang sama, Setara mencatat pelanggaran kebebasan beragama terjadi di 29 provinsi. Jawa Barat tercatat sebagai wilayah dengan kasus intoleransi tertinggi yakni 39 disusul Jawa Timur 23, Aceh 18, Jakarta 13, Jawa Tengah 12, Sumatera Utara 9, adapun Sulawesi Tengah 1 kasus.

Di Sulawesi Tengah, kasus pembunuhan warga sipil oleh kelompok MIT seperti terhadap 4 orang warga Lembantongoa kabupaten Sigi yang terjadi di penghujung tahun 2020, serta 4 orang warga desa Kalemago kecamatan Lore Timur kabupaten Poso di tahun 2021 menjadi salah satu catatan penting atas hilangnya salah satu hak-hak dasar manusia. Bukan hanya dua kasus itu, penembakan oleh aparat keamanan yang menyebabkan meninggalnya 2 orang petani di dusun Gayatri desa Maranda, kecamatan Poso pesisir Utara yang sedang berteduh di kebun pada 6 Juni 2020 lalu juga menjadi catatan terancamnya keamanan warga untuk mendapatkan hak atas kebebasan dari ancaman kekerasan.

Meski tidak berhubungan langsung dengan hak menjalankan keyakinan, teror oleh MIT yang menggunakan paham agama yang keliru sebagai landasan gerakannya mempengaruhi psikologis masyarakat terutama yang berbeda keyakinan dengan para anggota MIT.

Institut Mosintuwu, sebagai organisasi masyarakat akar rumput mecoba mengurai prasangka keagamaan yang muncul akibat aksi-aksi terorisme itu lewat Sekolah Perempuan yang menghimpun perempuan-perempuan dari berbagai latar agama di desa untuk belajar bersama. Saling mengenal ajaran agama itu kemudian bisa memberi pemahaman untuk saling menghargai dan menghormati.

Baca Juga :  Tiga Band Poso Luncurkan Album "Ingatan tentang Alam"

Selain di akar rumput, upaya untuk membangun kerjasama diantara tokoh agama juga diupayakan lewat diskusi-diskusi rutin yang membahas nilai-nilai toleransi, terutama dalam isi ceramah yang disampaikan kepada umat.

Dalam 9 nilai yang jadi pedoman Institut Mosintuwu, nilai ketuhanan mendorong semua orang untuk menghargai kepercayaan dan keyakinan apapun yang dianut. Penghormatan terhadap kebebasan dalam berkeyakinan itu diperkuat dengan nilai kesetaraan, kemanusiaan dan keadilan.

Teks asli pidato Franklin D. Roosevelt tentang Empat Kebebasan

Sejarah Gagasan Empat Kebebasan Roosevelt dan Para Penerimanya

Pada tahun 1941, Presiden Franklin Delano Roosevelt menyatakan, dalam pidato bersejarahnya di depan Kongres, bahwa orang di mana pun di dunia berhak atas empat hak asasi manusia yakni kebebasan berbicara dan berekspresi, kebebasan beribadah, kebebasan dari keinginan, dan kebebasan dari ketakutan. Fraklin Delano Roosevelt menjabat untuk periode ketiga kalinya ketika Amerika memasuki perang melawan Jerman di Eropa dan Jepang di Asia setelah 7 Desember 1941 pearl Harbour diserang. Dimasa ini pula dia menulis salah satu pidatonya yang paling terkenal. Pidato yang memuat konsep Four Freedom yang menjadi salah satu tonggak berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

 “Empat Kebebasan” ini, kebebasan berbicara, kebebasan beribadah, kebebasan dari kekurangan, dan kebebasan dari ketakutan muncul di bagian akhir pidatonya.

Menurut Roosevelt keempat kebebasan ini sangat penting bagi demokrasi yang berkelanjutan untuk berkembang dan bertahan. Kata-kata penting yang tidak kehilangan nilai dan maknanya bahkan setelah 81 tahun. Mereka menawarkan kompas moral untuk jadi pegangan cara kita membangun masyarakat kita dan cara kita berinteraksi satu sama lain. 

Keempat kebebasan tersebut melampaui latar belakang budaya atau asal-usul sosial dan tidak bergantung pada keyakinan agama dan opini politik.

Dalam rilisnya yang diterima mosintuwu.com,  Yayasan Roosevelt di Middelburg dan Institut Roosevelt di New York menyebutkan mereka bekerja untuk menginspirasi tua dan muda untuk menjaga warisan penting ini tetap hidup. Dengan Penghargaan Empat Kebebasan, mereka menghormati pria, wanita, dan organisasi yang pencapaiannya telah menunjukkan komitmen untuk mempromosikan dan melindungi empat kebebasan di mana pun di dunia. 

Upacara pemberian penghargaan biasanya berlangsung di dua tempat. Tahun ganjil di New York dan di tahun genap di Middelburg Belanda.

Four Freedom Award sebelumnya juga diberikan kepada sejumlah tokoh yang berpengaruh di dunia, mulai dari Presiden Amerika ke-33 Harry S Truman, John F. Kennedy, Jimmy Carter, Nelson Mandela, H.R.H Juliana dari Belanda, senator Amerika J. William Fulbright,  penulis buku Arthur Miller,  mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan, Malala Yousafzai, pengacara dan mantan hakim agung Amerika Justice Ruth Bader Ginsburg dan mantan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda