Wahhh…ini seru. Beragam ekspresi baik yang terekspresikan dalam kata-kata maupun dalam wajah berulangkali dinampakan belasan siswa . Hari itu, Rabu, 6 Maret 2024 merupakan hari bahagia bagi 12 Siswa Pecinta Alam (Sispala) SMA Negeri 1 Pamona Utara. Setidaknya demikian pengakuan mereka. Saya mengajak mereka melakukan perjalanan menyusuri Sungai Saluopa di Desa Wera dan Watu mPangasa Angga di Kelurahan Sangele Kecamatan Pamona Puselemba. Perjalanan ini untuk melihat dan mengenal secara langsung keanekaragaman biota akuatik endemik Danau Poso sebagai pengantar sebelum diadakannya seminar Biodiversity dan pameran Mini Museum Akuatik Danau Poso pada Gelar Karya SMA Negeri 1 Pamona Utara yang berlangsung 7-8 Maret 2024.
Lokasi pertama yang dituju adalah Sungai Saluopa yang juga dikenal sebagai lokasi wisata air terjun 12 tingkat. Sebelum melakukan eksplorasi, terlebih dahulu menyampaikan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan saat berada di alam bebas, antara lain larangan membuang sampah di sembarang tempat dan tidak mengeluarkan suara keas agar tidak mengganggu kenyamanan makhluk hidup yang lain.
Di sungai yang sepanjang sisinya dikelilingi pepohonan besar dan berhawa sejuk ini, kami mengumpulkan ikan Anasa (Nomorhamphus celebensis), beberapa jenis keong (Tylomelania spp.) dan kepiting. Anak-anak Sispala rupanya sangat senang menemukan 2 jenis endemik ini. Mereka kemudian mengambil masing-masing beberapa ekor.
Bukan hanya mencari hewan endemiknya saja, para pencinta alam muda ini ingin melihat lebih dalam lagi kondisi habitatnya. Wawan, salah satu anggota Sispala lalu mengambil masker snorkeling dan mengamati pemandangan bawah air yang sangat jernih.
“Saya liat banyak ikan, kepiting, wuriri tapi saya tidak melihat udang” katanya. Beberapa kali dia menyelam di air sungai yang dangkal itu untuk mencari kepiting, namun tak terlihat seekorpun.
Setelah semua sampel yang mereka cari terkumpul, Kurniawan mulai memperkenalkan dan menjelaskan fungsi masing-masing spesies ini di alam semesta. Bagaimana status konservasinya saat ini dan mengapa biota – biota tersebut harus dilestarikan.
Rachel, salah seorang siswa yang ikut dalam penelusuran sungai itu tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya selama proses belajar langsung di lapangan itu. Dia mengatakan, ini adalah pengalaman pertamanya belajar tentang keanekaragaman spesies biota akuatik dan upaya konservasinya di alam.
Selama ini dia hanya melihat foto atau video hewan-hewan endemik Danau Poso yang saya unggah di akun media sosial. Kali ini dia merasa takjub karena langsung bersentuhan dengan hewan-hewan itu di habitatnya.
“Sudah lama ingin ikut kegiatan seperti ini tapi baru kesampaian”, kata Rachel sambil terus mengamati ikan Anasa.
Karena belum menemukan udang, tim susur sungai ini bergeser sekitar 300 meter ke arah tenggara. Kali ini mencoba menggunakan jaring dengan harapan akan ada udang yang tersangkut. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya menemukan yang dicari. Udang- udang itu bersembunyi dibawah seresah daun yang ada di tepi sungai. Jumlahnya cukup banyak.
Di lokasi ini saya memberikan praktek mengidentifikasi spesies yang ada dengan menggunakan Panduan Lapangan “Udang Caridina di Danau Poso dan Sungai Sekitarnya” yang disusun oleh Diky Dwiyanto dari Yayasan Aksi Konservasi CELEBICA.
Panduan pengenalan Udang Caridina ini sangat mudah dipahami, hanya dengan melihat karakter kunci pada morfologi seperti warna dan rostrum (bagian depan kepala yang tajam dan bergerigi seperti gergaji). Setelah mencocokan dengan gambar yang ada di buku panduan, kami bersepakat mengidentifikasi spesies udang yang kami temukan ini merupakan Caridina acutirostris yang tercatat sebelumnya merupakan udang endemik yang hanya ditemukan pada sungai- sungai yang masuk ke Danau Poso. Namun belum pernah ada laporan tentang keberadaan spesies udang ini masuk ke bagian danau. Udang-udang unik ini kemudian kami kumpulkan untuk dibawa ke SMA Negeri 1 Pamona Utara. 6 individu udang diawetkan menggunakan etanol untuk kemudian dilakukan analisis DNA.
Dari Saluopa kami melanjutkan perjalanan ke lokasi lainnya yang cukup jauh. Kali ini kami ke satu lokasi di sisi timur Danau Poso, yakni Watu mPangasa Angga. Dilokasi yang dihormati oleh warga Pamona ini, kami mengumpulkan keong (Tylomelania toradjarum, Tylomelania centaurus, Tylomelania kuli, Celetaia persculpta) atau dalam bahasa lokal disebut wuriri.
Kemudian kami juga menemukan kerang Corbicula possoensis atau dalam bahasa lokal disebut Bangku-bangku, kepiting Parathelphusa molluscivora dalam bahasa lokal disebut Bungka, dan udang Caridina longidigita yang oleh warga Poso dikenal sebagai Lamale. Kepada para pelajar SMA ini saya menjelaskan tentang sistem penamaan spesies yang bisa dilakukan berdasarkan nama lokasi ditemukannya spesies tersebut.
Contohnya Corbicula “possoensis”, dinamakan demikian berdasarkan nama orang contohnya Caridina “marlenae”, juga berdasarkan perilaku atau kebiasaan, contohnya kepiting besar yang ditangkap oleh Dave Pariu, salah seorang peserta jelajah Biota Akuatik Danau Poso ini, spesies kepiting tersebut adalah Parathelphusa molluscivora, dinamakan “molluscivora” karena dia mengkonsumsi moluska seperti kerang dan keong.
Para pelajar ini kaget. Karena ternyata capit kepiting yang terlihat rapuh itu mampu menghancurkan cangkang moluska atau keong yang keras. Ditengah perjalanan ini, peserta jelahah ini juga terlihat makin memahami cara mengidentifikasi udang melalui ciri-ciri morfologi.
Masih di Watu mPangasa Angga, kami menemukan udang Caridina longidigita yang bergelantungan diakar pohon Beringin yang menjulur hingga terbenam di dalam danau. Kami mengumpulkan 4 individu udang itu dan langsung mengawetkannya untuk dilakukan analisis DNA-nya. Sedangkan sampel Keong, Kerang dan Kepiting kami bawa pulang untuk dipamerkan dalam acara Panen Karya SMA Negeri 1 Pamona Utara.
Upaya memperkenalkan keanekaragaman biota akuatik endemik Danau Poso ini merupakan kerjasama Institut Mosintuwu dengan organisasi non pemerintah yang berkonsentrasi pada upaya – upaya konservasi keanekaragaman hayati di Sulawesi yaitu, Yayasan Aksi Konservasi CELEBICA dan Sulawesi Keepers yang didukung oleh IUCN Save Our Species dan Fondation Segré.
Kegiatan seperti menyusur sungai ini diharapkan dapat memperkenalkan para pelajar tentang keberadaan keanekaragaman hayati akuatik endemik yang ada di sekitar tempat tinggal mereka sehingga. Harapnnya ini akan membangkitkan rasa memiliki lalu menjaga kelestarian lingkungan dan segala isinya. Semoga menjadi awal yang baik untuk menarik minat anak muda pada isu-isu lingkungan dan keanekaragaman hayati.