Saya baru serius mengamati pohon ini di awal pandemi Covid-19 merebak Kabupaten Poso sekitar pertengahan tahun 2020. Tumbuhan ini sudah lama hidup dan semakin banyak tumbuh di halaman Dodoha Mosintuwu tepatnya di dekat dermaga . Saat itu, saya melihat beberapa pohon Longkida yang tumbuh sedang mengeluarkan bunganya yang unik mirip simbol SARS-CoV-2. Penyakit yang membunuh jutaan orang di dunia ini menjadi hal yang sehari-hari di bicarakan warga dengan penuh kecemasan sehingga simbolnya sangat mudah dikenali. Saya kaget dan penasaran. Sebagai orang yang punya latarbelakang ilmu Botani, saya bisa langsung mengenali keluarga tumbuhan ini dari tipe daun dan letak duduk daunnya. Ini adalah karakter dari Family Rubiaceae.
Merasa takjub, saya segera melakukan identifikasi lebih lanjut hingga di tingkat spesies dengan mempelajari beberapa karakter dari genus Nauclea. Disini menemukan karakter morfologi Nauclea orientalis melalui link poso.science.kew.org . Karakter morfologi yang digambarkan sama dengan Longkida yang ada di tepian Danau Poso.
Bergegas mengambil kamera dan memotret bunga Longkida. Memposting di Instagram dengan keterangan agak panjang “Bunga mirip Virus SARS- CoV-2 (Corona). Longkida (nama lokal Sulawesi) bernama Latin Nauclea orientalis L. Spesies dari family Rubiaceae ini merupakan tumbuhan yang tumbuh secara alami pada daerah yang berair (rawa), persebarannya di wilayah Asia Tenggara hingga Australia” Lalu beragam komentar muncul. Akun Tesa_sanjayo menulis “Keren kaka, terima kasih sudah berbagi ilmu”.
Longkida adalah penamaan lokal orang Poso terhadap pohon ini. Pohon ini termasuk golongan tropofit yaitu kelompok tumbuhan yang dapat beradaptasi pada kondisi yang bisa berubah-ubah. Longkida berupa tumbuhan besar berdaun lebat dengan cabang yang banyak. Tumbuhan ini akan menggugurkan daunnya di musim kemarau panjang sehingga terlihat seperti tumbuhan yang telah mati. Ini merupakan mekanisme untuk bertahan hidup dengan mengurangi penguapan melalui daun. Saat musim hujan tiba, daun akan kembali tumbuh banyak dan segar.
Seringkali dianggap sebagai mangrove air tawar karena dapat hidup di rawa, tepi sungai maupun danau. Pohon ini memang tumbuh disekeliling Danau Poso. Namun belum banyak yang mengetahui fungsi lainnya yang sangat penting bagi manusia dan alam sekitarnys selain sebagai pelindung dari abrasi.
Manfaat Kesehatan Manusia Hingga Mengatasi Pencemaran
Menurut banyak penelitian, Longkida baik digunakan dalam program rehabilitasi lahan rusak dan fitoremediasi pasca Tambang (upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan).
Senyawa metabolit sekunder pada tanaman ini mengandung anti mikroba, ekstrak kulit kayunya juga dapat digunakan untuk menyembuhkan luka terbuka. Bentuk bunga yang unik mirip Virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19, tumbuhan ini berbunga pada periode akhir musim hujan memasuki musim kemarau”.
Dalam jurnal Ilmu Kehutanan UGM Vol 11. No 1 tahun 2017, Tahuteru dkk. mengungkap potensi Longkida dalam melakukan mekanisme fitoremediasi (penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya dapat menyerap cemaran limbah rumah tangga maupun bahan kimia dari lahan pertanian).
Bukan hanya menyerap pencemaran akibat limbah, penelitian yang dilakukan Winara (2016) dalam Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol.13, di Taman Nasional Wasur, Longkida dipercaya dapat mengobati malaria, batu ginjal dan paru-paru.
Menjadi Rumah Ikan, Udang dan Burung
Selain manfaatnya bagi kesehatan, masyarakat suku Pamona yang tinggal di desa-desa sekeliling Danau Poso mengenal Longkida sebagai tempat bersembunyinya ikan, udang, dan hewan air lainnya, selain itu dapat menjadi tempat menyenangkan bagi berbagai jenis burung.
Letak geografis Danau Poso yang tepat di jantung Wallacea membuatnya memiliki banyak spesies burung yang unik. Di kawasan cagar Alam Pamona, jika disusuri terus kearah barat Danau Poso, akan kita temukan beragam jenis burung berseliweran di atas kepala. Diantaranya Rangkong (Rhyticeros cassidix) si raja langit rimba Asia Tenggara.
Ada juga Panangku (Dendrocyigna arcuata) sejenis bebek telaga pemakan cacing, ikan dan udang. Juga burung Tengko (Alcedo atthis) pemakan udang dan ikan. Lalu burung Kando (Ardea purpurea) pemakan ikan, Kapasan Sayap Putih (Lalage sueurii) pemakan biji-bijian, burung Kirik-Kirik Laut (Merops philiphinus) pemakan serangga. Burung Gunting (Hirundo tahitica) pemakan serangga, burung Pinci (Loriculus stigmatus) pemakan buah-buahan, burung Dena (Lonchura atricapilla) pemakan biji, burung Cabai Panggul Kuning (Dicaeum aureolimbatum) dan masih banyak lagi spesies burung yang belum terdokumentasi.
Aneka bunyi siulan hingga teriakan parau burung-burung endemik Sulawesi akan mampir ke telinga kita. Keberadaan mereka sampai hari ini salah satunya ditunjang masih banyaknya pohom Longkida.
Di airnya, kita bisa menemukan kerang Corbicula possoensis, orang Pamona menyebutnya Bangku-bangku, kepiting Parathelphusa molluscivora atau dalam bahasa Pamons disebut Bungka, dan udang Caridina longidigita yang oleh warga Poso dikenal sebagai Lamale. Hewan-hewan yang jadi spesies khas Danau Poso ini masih bebas berkeliaran karena lindungan dedaunan dan akar-akar Longkida yang memanjang hingga ke dalam air.
Di Segala Medan, Adaptif Perubahan Cuaca
Menurut laman UPTPTH Dishut Jatim Longkida merupakan tumbuhan dataran rendah dan tropis basah yang banyak ditemukan pada ketinggian kurang dari 500 meter diatas permukaan laut, dan tumbuh paling baik di daerah di mana suhu siang hari rata-rata berada dalam kisaran 30 – 40° c, tetapi dapat bertahan atau mentolerir hingga 15 – 45° c. Jenis ini juga lebih suka curah hujan tahunan rata-rata di kisaran 1.000 – 3.500mm. Dan dapat hidup di berbagai model struktur tanah walaupun lebih suka di tepian sepanjang aliran sungai.
Longkida juga tahan terhadap genangan air dan dalam kondisi kemarau panjang. Umur pohon ini juga panjang, itu sebabnya kita akan menemukan banyak sekali yang berukuram besar dengan akar yang saling bertaut.
Longkida sangat mudah ditanam. Bisa dengan cara memindahkan bibitnya yang tumbuh disekitar pohon induknya. Saat ini, penting bagi kita untuk memperbanyak pohon ini sebagai upaya menjaga eksositemvdi Danau Poso dan sekitarnya.
Secara alami pohon Longkida tersebar di sekeliling Danau Poso yang berawa, persebarannya dipengaruhi oleh burung maupun terbawa gelombang air danau. Curah hujan dan ketinggian Danau Poso dari permukaan laut sangat ideal bagi Longkida untuk tumbuh berkembang. Karena itupula pohon ini menjadi penjaga danau Poso dan rumah bagi endemik Danau Poso.
Penulis : Kurniawan Bandjolu
Editor : Pian Siruyu