Kopi Kedelai Saojo, Ole-ole khas dari Poso

0
4529

Kekayaan pangan di Kabupaten Poso sesungguhnya menawarkan varian kuliner  yang menjadi pilihan ole-ole bagi para pengunjung dari luar kota. Melengkapi beberapa penganan khas kuliner dari Poso, hadir ole-ole baru dalam bentuk kopi kedelai. Ya, kedelai ternyata tidak hanya bisa dibuat tempe atau tahu saja. Kopi kedelai yang berbahan dasar kedelai yang ditumbuk halus menjadi bubuk ini sekarang sudah disiapkan khususnya di Dodoha Mosintuwu, Tentena.

Ibu Erni dari Desa Saojo yang baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari Pemerintah atas upayanya menjaga ketahanan pangan, adalah salah satu pihak yang mengupayakan kopi kedelai. Kepala rumah tangga yang juga anggota sekolah perempuan Mosintuwu ini berharap kopi kedelai bisa menjadi pilihan minuman di Kabupaten Poso bersaing dengan minuman dari pabrik yang selama ini merajai kios di Poso.

“ kopi kedelai ini diolah dari biji kedelai organik “ cerita ibu Erni. “Dulu, para petani menanam biji kedelai pakai pupuk kimia tapi saya mengupayakan supaya bisa punya pupuk organik. Sekarang kami sudah punya. Karena itu sekarang para petani kedelai di Saojo sudah gunakan pupuk organik” sambungnya dengan bangga.

Baca Juga :  Bertani Alami untuk Alam dan Danau Poso yang Lestari

Sebagai tumbuhan yang dirawat menggunakan pupuk organik, biji kedelai yang menjadi kopi kedelai itu tidak mengandung zat purin yang biasanya menjadi penyebab penyakit asam urat.  “Ini berita baik kalau ada alternatif minuman yang bisa disediakan oleh orang Poso dalam bentuk kopi “ sambut Tety, manajer Dodoha Mosintuwu “ Kopi minuman yang sangat popular tetapi tidak semua orang bisa meminum kopi karena kandungan kafeinnya. Karena itu kami sangat menyambut baik produk minuman baru kopi kedelai. Selain menjadi pilihan alternatif bagi pengunjung bisa menjadi ole-ole khas yang akan menyampaikan cerita berbeda tentang Poso yang  alamnya kaya dan masyarakatnya yang kreatif dan produktif” tambahnya.

Kopi kedelai kaya dengan protein nabati dan serat alami.  Untuk menjadi bubuk kopi kedelai yang bisa dikonsumsi, kelompok perempuan yang diorganisir ibu Erni menumbuk secara manual selama berjam-jam. Rasa yang dihasilkan pun berbeda.  Minuman non kafein ini bisa menjadi cara orang Poso memperkenalkan diri untuk diakui di Indonesia dan Dunia sebagai desa yang mampu menghasilkan produksi kreatif dari kekayaan sumber daya alamnya.

Baca Juga :  Masa Depan Sidat Danau Poso Terancam, Produktivitas Terus Menurun

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda