Menakar Kesiapan Penanganan Covid-19 di Poso

1
2911
RSUD Poso tampak dari depan. Foto : Dok. RSUD Poso

Berada di jalur trans Sulawesi bagian tengah , secara geografis Kabupaten Poso diapit oleh 5 kabupaten yang sudah terlebih dahulu mengumumkan pasien Covid-19. Kabupaten Morowali Utara Sulawesi Tengah dan Kabupaten Tojo Una-una di bagian timur, Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan di bagian Selatan, Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah di bagian Utara dan Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah di bagian barat.  Lalu lalang kendaraan dan hilir mudik manusia di wilayah Kabupaten Poso terbilang tinggi.  

“Berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah yang sudah memiliki kasus Covid-19, Kabupaten Poso butuh persiapan untuk hadapi kemungkinan penularan” demikian dikatakan dr. Marwan Neno, juru bicara gugus tugas kabupaten Poso ke tim media Mosintuwu. 

Posisi kabupaten Poso berada diperlintasan darat yang ramai yang menghubungkan provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dengan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, membuat kemungkinan penularan Covid-19 semakin besar. Apalagi , banyak orang-orang Poso yang selama ini bekerja dan studi diluar daerah seperti kota Palu, Makassar, Jakarta dan Bali ramai-ramai pulang kampung. Belum lagi yang bekerja di sejumlah perusahaan tambang dan kelapa sawit di Morowali dan Morowali Utara. Di dua kabupaten ini terdapat 11 orang yang positif Covid 19 ( per 15 April 2020). 

Sebagai bagian dari penanganan Covid-19, pada tanggal 2 April Gugus Tugas Kabupaten Poso menyebutkan pemantauan dilakukan pada 1.270 pelaku perjalanan. Dalam jangka waktu 10 hari, tepatnya  13 April tercatat 2,337 orang pelaku perjalanan yang sedang dipantau. Saat tulisan ini diterbitkan,  15 April 2020, tercatat  4.223 orang. Para pelaku perjalanan ini adalah para mahasiswa dan pekerja asal Kabupaten Poso yang tinggal di berbagai kota besar termasuk di Kabupaten tetangga.  

15 April 2020, 1 orang pasien dalam perawatan ( PDP ) di RSUD Poso dinyatakan positif Covid-19. Pasien berstatus positif Covid-19 ini diketahui memiliki sejarah kontak dalam pertemuan Ijtimah Ulama di Gowa, Makasar. Sementara itu, jumlah orang dalam pengawasan ( ODP ) 13 orang dan  OTG atau orang tanpa gejala 4 orang. 

Dikutip dari laman tagar.id, peneliti biostatistik Eijkman-Oxford Clinic Research Unit (EOCRU) Iqbal Elyazar memperkirakan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia hingga akhir April 2020 bisa melonjak menjadi 11.000 hingga 71.000 kasus bila tidak ada kebijakan yang agresif dan tepat. Namun kepala BNPB, Doni Monardo dihadapan komisi IX DPR RI menyampaikan perkiraan angka yang lebih besar, 106,287 kasus. Terakhir, data yang dibuka oleh pemerintah menunjukkan jumlah orang berkategori PDP mencapai 10,482 orang dan ODP 139,137 orang.

Baca Juga :  Mendengar Anak, Mengimajinasikan Masa DepanListening Children, Imagining the Future

Di Kabupaten Poso, hingga kini belum ada program test Covid 19 massal , meskipun sudah terdapat orang yang dinyatakan positif Covid 19, berkategori PDP dan OTG.

Mengenai test massal, ketua komisi I DPRD yang membidangi kesehatan, Hidayat Bungasawa, mengatakan DPRD dan pemerintah sudah merelokasi sekitar 30 miliar dana APBD 2020 untuk melawan Covid 19. Namun dirinya belum mengetahui apakah anggaran itu juga termasuk untuk melakukan test massal. Hidayat tidak mengetahui secara pasti untuk apa saja anggaran itu akan dibelanjakan, namun dia berharap alokasi itu untuk mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan RSUD Poso.

Kesiapan RSUD Poso : APD dan Ventilator Masih Kurang

Resiko yang dihadapi warga Kabupaten Poso tidak disertai dengan kesiapan teknis penanganan Covid-19. RSUD Poso tidak disebutkan menjadi salah satu rumah sakit rujukan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.01.07/MENKES/169/2020.  Demikian pula, RSUD Poso tidak disebutkan dalam Surat Edaran Nomor 443/141/DIS.KES yang dikeluarkan oleh Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola tentang pencegahan dan antisipasi penyebaran covid -19 di Sulawesi Tengah. Adapun rumah sakit yang disebutkan menjadi rujukan virus COVID-19 adalah RSUD Undata, RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah, RSU Anutapura Palu, RSU Wirabuana Palu, RSU Bhayangkara Palu, SRU Alkhairaat Sis Al jufri Palu, RSU Samaritan, RSU Wood War Palu, RSU Budi Agung Palu, RSUD Mokopodo Kabupaten Tolitoli, RSUD Kolonadale Kabupaten Morowali Utara, RSUD Luwuk Kabupaten Banggai.

Dalam wawancara dengan media Mosintuwu, dr. Marwan Neno, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Poso dan dr. Hasmar Massalindri, direktur RSUD Poso menyebutkan RSUD Poso adalah rumah sakit rujukan. 

Menurut dr. Hasmar Massilindri, hingga kini RSUD Poso baru menyiapkan 1 ruang isolasi untuk pasien PDP . Terdapat juga  6 tempat tidur untuk pasien yang masuk kategori ODP dengan penyakit penyerta. Satu ruangan disiapkan khusus untuk screening pasien yang datang untuk mengetahui apakah masuk kategori PDP atau ODP. 

Baca Juga :  Danau Poso, Danau Purba Bukti Terbentuknya Pulau Sulawesi & Potensi Geopark

Jumlah APD berupa masker dan baju pelindung juga masih menjadi masalah karena persedian minim. 

“ Setiap hari, dokter dan tenaga media RSUD Poso membutuhkan paling tidak 300 sampai 350 masker yang hanya sekali pakai. Ventilator, alat bantu pernapasan baru tersedia satu unit”  kata dr. Hasmar.

Data kompas.id menyebutkan, per 20 Maret 2020 ada 80 ventilator di 27 rumah sakit yang ada di Sulawesi Tengah. Dari 80 data ventilator di 27 rumah sakit tersebut, hanya 1 ventilator yang ada di Kabupaten Poso. Sementara itu, dalam pengamatan media Mosintuwu, para perawat dan petugas kesehatan di RSUD Poso ini menggunakan masker bedah. Saat ini pihak RSUD Poso sedang mengusulkan penambahan kebutuhan peralatan RSUD Poso  ke Kementerian Kesehatan. Hasmar menyebut, sudah ada pemesanan kebutuhan rumah sakit, namun sudah 3 bulan ini barang yang dipesankan tidak kunjung tiba.

Selain ruangan, peralatan medis dan APD, saat ini RSUD Poso terdapat 20 dokter ahli, 10 dokter umum. Terdapat juga  sekitar 600 orang perawat yang akan dikerahkan merawat pasien jika jumlah pasien bertambah banyak.  Dokter Hasmar menegaskan tidak ada dokter atau perawat yang khusus ditugaskan menangani pasien PDP atau yang positif Covid 19. Semua dinyatakan siap melaksanakan perawatan pasien. Agar teratur, managemen RSUD Poso juga menyiapkan mekanisme kerja mulai dari  petugas yang ada di bagian pintu masuk rumah sakit, petugas yang menyemprotkan disinfektan hingga petugas kebersihan untuk menyambut jika ada pasien yang masuk.

Mekanisme juga dilakukan dengan memisahkan pemeriksaan pasien umum dengan yang khusus untuk Covid 19. Diakui dr. Hasmar, sejak  wabah Covid-19  merebak, jumlah orang yang datang ke RSUD berkurang. 

“Pasien yang dirawat dan rawat jalan juga sudah terus berkurang. Mereka yang datang di sini hanya ketika kondisinya gawat” tuturnya.

Warga membaca buklet informasi Covid-19 yang disebarkan oleh Institut Mosintuwu . Foto : Mosintuwu/Martince

Masyarakat Aktif Melakukan Tindakan Pencegahan

Mempertimbangkan kondisi geografis Kabupaten Poso, jumlah pelaku perjalanan dan kesiapan RSUD Poso, dipastikan cara terbaik menghadapi pandemi ini adalah kesadaran masyarakat melakukan pembatasan sosial dan fisik agar virus tidak sampai menjangkit. Adapun orang yang pernah punya catatan interaksi dengan orang yang terkena Covid 19 seharusnya melaporkan dirinya kepada petugas dan melaksanakan karantina mandiri.

Baca Juga :  Ketika Anak Muda Merawat dan Memperpanjang Ingatan tentang Desa

Dokter Hasmar Massalindri berharap agar warga yang pernah melakukan perjalanan dari luar kabupaten Poso secara sadar melakukan isolasi mandiri untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona. Kesadaran ini penting untuk mengurangi beban para petugas medis yang semakin berat. Pentingnya isolasi mandiri ini mengingat ada kategori yang disebut OTG  atau orang yanpa gejala. Yaitu orang yang memiliki kecenderungan terinfeksi Covid-19 namun tidak menunjukkan gejala seperti orang sakit karena daya tahan tubuhnya yang kuat, namun bisa menularkan virus ke orang lain tanpa disadari.

Sejarah wabah di Kabupaten Poso memberikan pelajaran penting.  Upaya mitigasi sudah ditunjukkan oleh Tadumburake, pemimpin spiritual Poso dimasa lalu ketika wilayah ini dilanda pandemi seperti flu Spanyol. Setiap orang yang terpaksa melewati orang yang terkena wabah harus memalingkan muka. Kampung yang penduduknya terkena wabah ditutup dan dikibarkan bendera putih sebagai tanda supaya orang berhati-hati. 

Jika dulu kepemimpinan Tadumburake mampu membawa masyarakat Poso melewati masa-masa sulit ditengah wabah, saat ini teknologi sudah lebih memudahkan upaya mitigasi itu, misalnya melakukan test seperti saran para pakar. Termasuk mengikuti anjuran untuk mencuci tangan sesering mungkin, membersihkan permukaan yang sering disentuh dengan disinfektan, menggunakan masker saat keluar rumah, menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.

Beberapa posko informasi Covid-19 diinisiasi oleh masyarakat sendiri. Salah satunya oleh Institut Mosintuwu. Tercatat hingga 15 April 2020, terdapat 73 posko informasi covid-19  di 60 desa di Kabupaten Poso, 1 desa di Kabupaten Parigi Moutong, 1 desa di Donggala. Posko informasi Covid-19 ini menjadi bagian dari gerakan Saling Jaga cegah penularan Covid-19. Posko memberikan informasi dalam bentuk buklet dan baliho serta selebaran. Bukan hanya tentang Covid-19, posko informasi ini juga menyediakan informasi cara membuat disifektan secara mandiri serta memberikan masker dan bahan disinfektan secara gratis.

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda