Nilai Tinggi Kerang dan Keong Danau Poso Belum Dinikmati Nelayan

0
1449
Molusca Tylomelania toradjarum merupakan salah satu spesies endemik moluska Danau Poso yang dijual pada marketplace internasional secara ilegal. Dok. Kurniawan Bandjolu

Danau Poso dengan keanekaragaman hayati yang unik tidak hanya dikenal dengan ikan-ikan maupun udang endemiknya, tapi juga karena moluska endemiknya.  Moluska (mollusca) yang orang Poso menyebutnya Wuriri adalah hewan yang berlindung didalam cangkangnya karena tubuhnya lunak. Namun ada juga yang tidak memiliki cangkang. Bukan hanya bagi kita, hewan yang hidup di perairan dangkal ini adalah salah satu sumber protein yang dicampur dalam pakan ternak, pupuk juga untuk obat-obatan. Cangkangnya banyak dijadikan untuk perhiasan.

Saat ini baru ada lebih dari 30 spesies endemik moluska Danau Poso telah terdeskripsi secara ilmiah, antara lain dari genus Miratesta, Tylomelania, Celetaia, Sulawesidrobia, Keindahan dan Corbicula. Dalam diskusi awal penulisan buku seri keanekaragaman hayati Danau Poso, peneliti Ristiyanti Marwoto mengatakan, jika riset terus dilakukan masih sangat mungkin ditemukan jenis moluska baru di Danau Poso.

“Karena belum semua kawasan di Danau Poso belum dieksplorasi”kata Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu.

Tidak semua jenis Moluska ini dapat ditemukan di seluruh wilayah Danau Poso. Ada beberapa wilayah yang punya moluska spesifik. Keong Miratesta celebensis misalnya hanya akan dapat ditemukan di wilayah sebelah tenggara Danau Poso. Begitu juga dengan keong Celetaia persculpta hanya ada di sebelah timur dan utara Danau Poso.

Molusca Tylomelania sp. atau yang dikenal sebagai Orange Poso Snail hasil tangkapan nelayan di Meko. Dok. Muh.Herjayanto.

Populasi Terancam

Baca Juga :  Majalah Dinding Anak : Membaca itu Kaya, Menulis itu Keren!

Selain punya peran penting sebagai organisme pengurai dalam rantai makanan, beberapa jenis Moluska punya nilai ekonomi tinggi yang bisa menambah pendapatan warga di sekitarnya. Misalnya jenis Tylomelania centaurus, Tylomelania Toradjarum, Tylomelania sp. (Orange Poso) Tylomelania carbo, Celetaia pesculpta dan Miratesta celebensis. Ke enam jenis Moluska ini banyak hidup di sungai yang mengalir ke Danau hingga di Danau Poso sendiri.

Di pasaran dunia, nilai ekonomi Keong ini cukup tinggi. Cek saja di sejumlah patform jual beli. Di marketplace internasional misalnya, harga Tylomelania sp. (Orange Poso Snail) dijual dengan harga $9 / ekor. Jika menggunakan kurs saat ini, nilainya sebesar Rp135.000/ekor. Sebuah nilai yang fantastis apabila potensi ini dimanfaatkan dengan baik. Bukan hanya diambil Keongnya, tapi agar berkelanjutan, dipelihara juga hutan, sungai dan danaunya.

Meski harga pasaran dunia sangat tinggi. Nilai yang diterima petani bahkan tidak sampai 2 persen dari harga itu. Tangkapan nelayan di desa Bancea, kecamatan Pamona Selatan atau di Desa Meko, kecamatan Pamona Barat, hanya dibeli dengan harga Rp.400/ekor.

Beberapa nelayan yang mencari Keong di Bancea dan Meko bisa menjual hingga 10.000 ekor/bulan. Jika pakai harga di Marketplace internasional, nilanya mencapai 150 juta rupiah. Tapi kenyataannya, nelayan hanya terima 4 juta rupiah.

Tiingginya nilai yang didapat pedagang dibanding nelayan bisa diakibatkan oleh banyak sebab. Pertama, kurangnya informasi yang diperoleh nelayan, mulai dari cara mengambil Moluska hingga harga pasar. Kedua, jalur distribusi yang panjang, mulai dari Danau Poso hingga ke negara tujuan ekspor.  Karena harga yang diterima sangat kecil, banyak nelayan akhirnya berusaha mendapatkan keong dengan jumlah lebih banyak. Hal ini akhirnya berdampak buruk bagi populasi keong-keong berharga ini.

Baca Juga :  Peresmian PLTA Poso, Duka Bagi Petani, Peternak, Nelayan, Penambang Pasir hingga Budaya Danau Poso

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) setidaknya ada 11 spesies keong air tawar Indonesia yang masuk ke dalam daftar merah (red list), yaitu 7 spesies dalam status terancam kritis (critically endangered) dan 4 spesies dalam status genting (endangered).

Pada Acara Kuliah Tamu Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin (15/11/22)Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Ayu Savitri Nurinsiyah mengatakan,  berdasarkan Permen LHK No. 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 moluska yang  dilindungi seluruhnya jenis Moluska laut.  Tahun 2020, LIPI bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengeluarkan rekomendasi biota perairan terancam punah di Indonesia, dimana ada 62 spesies Moluska direkomendasikan untuk diberikan perlindungan baik penuh maupun terbatas.

Dahulu masyarakat suku Pamona di sekitar Danau Poso sangat menghargai hewan ini. Karena itu mereka akan sangat berhati-hati ketika mendorong perahu menggunakan galah bambu agar tidak merusak Keong yang ada di dasar danau.

Molusca Miratesta celebensis berstatus konservasi Terancam Punah menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Dok Kurniawan Bandjolu .

Sumber Protein yang Harus Dilestarikan

Moluska punya beberapa cara berkembang biak. Beberapa genus seperti Tylomelania dan Sulawesidrobia berkembang biak dengan cara beranak, sementara Miratesta berkembang biak dengan cara bertelur.

Baca Juga :  Mereka Yang Membangunkan Sahur

Keong dari genus Tylomelania semuanya dikonsumsi sebagai makanan. Sejumlah warga di sekitar Danau Poso juga percaya daging keong ini mampu menyembuhkan penyakit liver. Kerang Corbicula possoensis juga dikonsumsi sebagai bahan makanan dengan berbagai macam olahan menggunakan rempah khas lokal.

Untuk memastikan semua Keong atau Moluska atau Wuriri di Danau Poso tetap lestari, sejumlah upaya harus dilakukan. Diantaranya lewat penelitian. Saat ini ada 10 spesies moluska yang dipelihara di mini museum akuatik Danau Poso, beberapa spesies seperti Tylomelania centaurus, Tylomelania toradjarum, Tylomelania kuli, Tylomelania carbo dan Tylomelania porcellanica telah berhasil  dikawinkan dan menghasilkan individu baru pada wadah terkontrol.

Riset dan upaya memperkenalkan Keong-Keong endemik Danau Poso di Museum Akuatik Danau Poso adalah sedikit dari upaya untuk menjaga Danau Poso dan isinya dari berbagai ancaman kepunahan baik karena perubahan iklim maupun aktifitas manusia.

Riset dan upaya pelestarian Keong di Danau Poso dilakukan oleh sejumlah pihak. Diantaranya Ayu Savitri Nurinsiyah dan Ristiyanti Marwoto dari BRIN dan Kurniawan Bandjolu dari Institut Mosintuwu. Ketiganya merupakan bagian dari Masyarakat Moluska Indonesia (MMI)/ Indonesian Malacological Society (IMS).

Penulis : Kurniawan Bandjolu

Editor : Pian Siruyu

Tinggalkan Balasan

Silahkan berkomentar
Mohon masukkan nama anda